"Dari kejadian banjir yang sudah terjadi seperti di Bojonegoro, Jember, Sidoarjo, Surabaya, Trenggalek, Pacitan, khususnya wilayah Jawa Timur bagian selatan memang menjadi prioritas. Namun berdasarkan prediksi terbaru, potensi hujan tingginya sedikit bergeser ke Jawa Timur bagian Timur wilayah tapal kuda jadi itu yang kita monitor dan antisipasi setiap hari," paparnya.
Deputi Bidang Sistim Strategi BNPB Pusat, Raditya Jati mengungkapkan TMC adalah salah satu bentuk investasi untuk mengurangi bencana hidrometeorogi yaitu banjir, banjir bandang dan longsor yang berbasis pada data historis, kejadian sebelum dan wilayah mana saja yang memiliki dampak banjir yang sangat luas.
"Kami BNPT punya peta resiko, peta ancaman berdasarkan data yang sudah kita kumpulkan baik kabupaten dan kota dengan skala 150 ribu," tegasnya.
Ia mengatakan hal ini menunjukkan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan wilayah-wilayah yang memiliki potensi terhadap banjir, banjir bandang dan longsir.
"Jadi seandainya ada peta resiko dan dibarengi dengan peta BMKG berbasis pada pertumbuhan awan, potensi intesitas hujan tinggi dengan curah hujan 50 milimeter per hari, maka itu yang akan di modifikasi, artinya mengurangi ekstrem cuaca yang akan terjadi," paparnya.
Lebih lanjut ia memastikan TMC dilakukan dengan tetap memikirkan kaidah-kaidah untuk kebutuhan warga.
"Tentunya TMC dilaksanakan dengan tetap memikirkan kaidah yang ada dalam memprioritas kebutuhan warga misal masalah kebutuhan air untuk pertanian, untuk mengisi waduk-waduk. Sehingga modifikasi cuaca ini adalah untuk menyeimbangkan antara kebutuhan air dan bagaimana meminimalisasi resiko terhadap banjir ataupun ancaman bencana lainnya," pungkasnya. (khu/hen)
Load more