Sidoarjo, tvOnenews.com - Kerusakan hutan bakau (mangrove) di pesisir timur Pantai Sidoarjo tergolong cukup parah dibanding tahun sebelumnya. Kerusakan paling parah disebabkan pembalakan liar akibat kurangnya perhatian dan pengawasan dari pemerintah daerah dalam hal ini pemangku kawasan wilayah daerah setempat serta banyaknya aktivitas nelayan pencari kerang yang terlalu terpinggir dan dampak rob air pasang yang merusak bibir pantai pesisir Sidoarjo.
Sekertaris Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmawas) Pesisir, Alimin Taubah menegaskan, adanya rob merupakan sebab akibat rusaknya mangrove di pesisir Pantai Sidoarjo. Selain itu penyebab kerusakan mangrove sendiri akibat rendahnya komitmen penyelenggara pemerintahan dalam menjaga kelestarian kawasan pesisir. Akibatnya, pembalakan liar terjadi besar-besaran terhadap pohon mangrove
“Fungsi mangrove sebagai green belt atau sabuk hijau di kawasan pesisir,” tutur Alimin.
Tidak itu saja, kata Alimin, mangrove memiliki fungsi dan manfaat yang penting bagi ekosistem hutan, air dan alam sekitarnya. Hutan mangrove juga bermanfaat sebagai penahan abrasi pantai, penahan intrusi (peresapan) air laut, penahan angin, menurunkan kandungan gas karbon dioksida (CO2) di udara, dan bahan-bahan pencemar di perairan rawa pantai.
Kerusakan hutan mangrove yang ada akan mengurangi tempat hidup biota laut seperti ikan dan udang, sumber bahan organik sebagai sumber pakan konsumen pertama (pakan cacing, kepiting dan golongan kerang/keong) dan binatang lain seperi burung, dan satwa liar.
Sebagai upaya untuk menanam kembali, Pemkab Sidoarjo seharusnya menyediakan bibit mangrove sendiri yang sewaktu-waktu bisa ditanam. Selama ini, Pemkab Sidoarjo mendapat bibit mangrove dari bantuan dari Kementerian Kelautan dan Pertanian. Padahal, pesisir Pantai Sidoarjo panjangnya sekitar 33 kilometer yang luasnya mencapai sekitar 1850 hektar.
Load more