Acara ini dihadiri langsung oleh Plt. Bupati Sidoarjo, Subandi, Ketua DPRD Sidoarjo beserta jajaran Forkopimda, sejumlah pejabat lain, serta masyarakat setempat.
Kegiatan ini memiliki pesan simbolis yang mendalam, menggambarkan rasa syukur kepada Tuhan atas keberkahan alam dan kehidupan. Tradisi ini juga merupakan bentuk pelestarian budaya lokal yang sarat nilai spiritual dan kebersamaan.
Rangkaian acara dimulai saat Plt. Bupati Sidoarjo bersama istri dan rombongan menaiki kereta kuda menuju makam bupati pertama Sidoarjo, R.T. Notopuro yang bergelar Tjokronegoro I. Di makam tersebut, doa bersama digelar untuk mengenang jasa para pendiri kabupaten, serta memohon keberkahan untuk masa depan Sidoarjo. Prosesi ini mencerminkan penghormatan kepada leluhur sekaligus peneguhan spiritual masyarakat Sidoarjo.
Tiga gunungan khas disiapkan dengan ukuran 2x1,5 meter, masing-masing membawa makna simbolik yang mendalam. Gunungan buah dan sayur mencerminkan kesuburan dan hasil bumi Sidoarjo, Gunungan Kue Apem melambangkan permohonan maaf dan doa, sementara Gunungan Udang dan Bandeng menjadi wujud identitas Sidoarjo sebagai sentra perikanan.
Gunungan-gunungan tersebut diarak dan menjadi perekat sosial di tengah masyarakat, mengajarkan nilai gotong-royong dan syukur atas keberlimpahan rezeki. Kegiatan ini tidak hanya menjadi bagian dari tradisi tahunan, tetapi juga menguatkan identitas budaya yang terus diwariskan kepada generasi mendatang.
Plt. Bupati Subandi acara ini bukan hanya sekedar tradisi, melainkan bentuk menjaga kelestarian alam dan menjaga keharmonisan sesama.
"Acara sedekah bumi ini bukan hanya sekedar tradisi melainkan bentuk sarana untuk mengingatkan kita akan pentingnya menjaga kelestarian alam, menjaga hasil bumi serta mempererat hubungan antar masyarakat Sidoarjo," ucapnya.
Load more