Batu, Jawa Timur - Umat Hindu di Kota Batu merayakan Tawur Agung Kesanga untuk menyambut Hari Raya Nyepi. Hal ini dilaksanakan secara sederhana sebagai antisipasi situasi dan kondisi Covid-19.
Ketua Parisada Hindu Darma Indonesia (PHDI) Kota Batu, Pariyanto mengatakan, perayaan Tawur Agung Kasanga sengaja dirayakan dengan sederhana, mengingat perayaan Tawur Agung masih di tengah pandemi.
“Setelah bersih diri, baru kita lakukan sedekah bumi atau istilahnya Tawur Agung Kesanga pada hari Rabu (2/02) di Pura Luhur Giri Arjuno, Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Jumlah peserta bisa sampai 300 peserta," kata Pariyanto.
Tawur Agung Kesanga memiliki makna membersihkan Jagad Bhuana Alit dan Bhuana Agung berdasarkan pada konsep Tri Hita Karana atau menyelaraskan hubungan tiga elemen penting, yakni manusia dengan Tuhan, manusia dengan alam, dan manusia dengan manusia.
"Tradisi ini, yang tidak kalah khas dari perayaan Nyepi yakni Pengarakan Ogoh-Ogoh. Ogoh-Ogoh digambarkan dalam wujud makhluk hidup di Mayapada, Surga, dan Neraka seperti naga, gajah, garuda, widyadari, dan dewa. Ogoh-Ogoh melambangkan pengakuan manusia akan kuasa alam semesta dan waktu dengan kekuatan Bhuana Agung serta Bhuana Alit," jelas Pariyanto.
Umat Hindu percaya bahwa Ogoh-Ogoh merupakan representasi dari sifat buruk dalam diri manusia, sehingga setelah Ogoh-Ogoh diarak menuju Sema yaitu tempat persemayaman umat Hindu sebelum dibakar. Pada saat pembakaran mayat, Ogoh-Ogoh itu dibakar sebagai simbol telah hilangnya sifat buruk di dalam diri manusia, sehingga setelah itu siap dilakukan tapabrata pada Hari Raya Nyepi keesokan harinya.
Puncak Nyepi dirayakan dengan melaksanakan Catur Brata. Catur Brata Penyepian terdiri dari empat pantangan pada saat nyepi, yaitu umat Hindu tidak bekerja, (amati karya), tidak menyalakan api (amati geni), tidak bepergian (amati lelungan), dan tidak bersenang-senang (amati lelanguan). Proses Nyepi dimulai pukul 6 pagi hingga 24 jam kemudian (satu hari penuh). (Edy Cahyono/hen)
Load more