Lumajang, Jawa Timur - Abu vulkanik akibat awan panas guguran Gunung Semeru dalam beberapa hari terakhir, tidak hanya menyelimuti permukiman warga, tetapi juga sebagian kebun atau lahan pertanian cabai merah di lereng gunung tertinggi di pulau Jawa ini.
Para petani mulai menyiram daun tanaman cabai mereka dengan air bersih, dengan cara disemprot untuk menghilangkan abu yang menempel, seperti yang dilakukan sejumlah petani cabe merah di Desa Oro-oro ombo, Kecamatan Pronojiwo, Lumajang.
"Kalau tidak disiram, tunas tanaman akan layu sehingga pertumbuhan daun juga kurang bagus dan maksimal termasuk buahnya, " ujar Misran, Jumat pagi (04/03/2022).
Lahan pertanian cabai Misran seluas hampir 1 hektar ini, terletak sekitar 10 kilometer sisi tenggara puncak gunung Semeru. Pada musim tanam sebelumnya, dia terpaksa gigit jari akibat hasil panen cabai dan tomatnya merosot.
Pasalnya, abu vulkanik akibat awan panas guguran Semeru menerjang disaat memasuki masa panen.
Tak ingin hasil panen kali ini gagal, Misran terpaksa bekerja ekstra melakukan penyemprotan daun tanaman cabenya tersebut. Hal itu juga dilakukan petani cabai lainnya.
"Semoga pada musim tanam kali ini, hasil panennya lebih bagus, sehingga saya tetap akan melakukan perawatan tanaman cabai ini, dan semoga hujan abu vulkanik tidak terjadi lagi, " keluh Misran.
Selain tanaman cabai, hujan abu vulkanik juga mengguyur tanaman palawija dan pertanian lainya. Namun, tanaman cabai cukup rentan terhadap abu vulkanik, jika tak segera dibersihkan.
Seperti diketahui, dalam sepekan terakhir ini, Gunung Semeru mengalami peningkatan aktivitas. Guguran lava, awan panas guguran serta hujan abu juga kerap mengguyur permukiman warga dan lahan pertanian di lereng Gunung Semeru, yang hingga saat ini masih berstatus siaga atau level 3. (Wawan Sugiarto/rey)
Load more