Jombang, tvOnenews.com – Siapa yang tak mengenal nama Hadratussyaikh KH. Muhammad Hasyim Asy'ari? Ulama besar ini tidak hanya dikenal sebagai pahlawan nasional dan tokoh pemersatu bangsa, tetapi juga sebagai ulama produktif yang banyak menulis kitab kuning.
Beberapa karyanya yang sudah berusia lebih dari 100 tahun atau satu abad ini masih tersimpan rapi di Perpustakaan Pondok Pesantren Tebuireng, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang.
Dalam perpustakaan Pondok Pesantren Tebuireng, sejumlah kitab karangan Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy'ari disimpan dengan baik. Bahkan, ada diantaranya yang merupakan naskah asli tulisan tangan pendiri Nahdlatul Ulama (NU) tersebut.
Untuk menjaga agar kitab-kitab ini tetap terawat dan terhindar dari kerusakan, pengurus perpustakaan memberikan perawatan secara khusus, termasuk melindungi dari bahaya serangan rayap.
Pengasuh Pondok Pesantren Putri Tebuireng Jombang, KH. Fahmi Amrullah Hadziq, menjelaskan bahwa setidaknya ada 20 kitab karya Mbah Hasyim yang masih tersimpan dengan jelas di perpustakaan pesantren. Kitab-kitab ini tidak hanya menjadi warisan sejarah, tetapi juga terus dijadikan rujukan utama dalam proses belajar mengajar di pesantren.
Salah satu momen pemanfaatan kitab-kitab ini adalah saat bulan Ramadan, dimana santri-santri Pesantren Tebuireng mengadakan ngaji kilatan menggunakan kitab-kitab kuning karya Mbah Hasyim.
"Kitab ini sering digunakan saat mengaji kilatan di bulan Ramadan. Dengan belajar dari kitab ini, kami ingin para santri bisa meneladani ilmu yang sudah dipaparkan dan bisa diaplikasikan dengan baik oleh para santri dalam kehidupan sehari-hari," kata Gus Fahmi kepada awak media, Senin (17/3).
Salah satu kitab yang diajarkan adalah At-Tibyan, kitab yang membahas pentingnya silaturahmi serta bahaya memutus tali persaudaraan. Pihak pesantren berharap agar para santri dapat meneladani ilmu yang dipelajari dari kitab-kitab tersebut.
KH. Fahmi Amrullah Hadziq mengungkapkan bahwa sebagian koleksi kitab kuning di Pondok Pesantren Tebuireng sudah dimanuskripkan secara digital. Langkah ini dilakukan untuk menjaga keaslian dan kelestarian kitab, sehingga bisa dipelajari oleh masyarakat luas tanpa merusak naskah asli.
Kitab-kitab warisan KH. Hasyim Asy'ari tetap menjadi bagian penting dari pendidikan santri, melanjutkan tradisi keilmuan yang sudah berlangsung selama puluhan tahun di Pesantren Tebuireng.
"Ini bentuk nyata dari pondok pesantren menjaga, melestarikan tradisi dan warisan intelektual dari ulama terdahulu. Kami hidupkan kembali dengan mempelajari kembali setiap narasi dan pesan yang disampaikan," pungkasnya. (roh/hen)
Load more