Banyuwangi, tvOnenews.com – Ritual napak tilas mengenang leluhur, Puter Kayun, yang digelar masyarakat adat Kelurahan Boyolangu, Kecamatan Giri, kembali digelar. Namun, ritual dimana masyarakat adat akan berbondong-bondong dari kampung menuju Watu Dodol yang jaraknya sekitar 17,8 kilometer, nyaris punah ditelan jaman.
Dulu, dokar atau andong yang menjadi ikon dalam ritual ini, jumlahnya ada belasan. Kendaraan yang ditarik oleh kuda ini digunakan menjadi sarana transportasi menuju Watudodol yang menjadi lokasi ritual.
Kini, jumlah dokar yang digunakan dalam ritual terus berkurang. Bahkan tahun ini hanya menggunakan satu dokar.
Ketua Adat Boyolangu, Slamet Darmadi mengakui meski jumlah dokar terus berkurang, tapi tidak mengganggu kekhidmatan prosesi ritual. Dokar hanyalah simbol sebab dulunya masyarakat Boyolangu banyak bekerja sebagai kusir.
"Di Boyolangu dokarnya hanya tinggal 2 saja. Menurunnya jumlah dokar ini dikarenakan hampir punahnya profesi kusir disini," terang Slamet.
Selain karena minimnya jumlah dokar, berkurangnya dokar yang digunakan juga karena faktor biaya. Biasanya meski di kampung minim dokar, panitia memilih menyewa dokar dari luar kampung.
"Di tahun 2023 itu sampai 17 dokar. Karena anggarannya minim jadi saat ini seadanya. Satu dokar itu harga sewanya Rp 750 ribu. Penyelenggaraan tahun ini anggarannya minim sehingga diputuskan tidak menyewa dari luar. Kita maksimalkan yang ada," tegasnya.
Load more