Ngawi, Jawa Timur - Banyak cara dilakukan warga untuk mengisi waktu sambil menunggu saat berbuka puasa. Seperti halnya yang dilakukan anak-anak di Desa Tempuran Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi, Selasa (5/4/2022) petang kemarin.
Setiap sore selepas Ashar, belasan anak-anak di desa setempat berkumpul di mushola untuk menyiapkan peralatan meriam bambu. Lokasi yang dipilih untuk main perang meriam bambu pun di tengah perkebunan jati, tak jauh dari perkampungan sehingga tidak mengganggu warga lain.
Hafid Iqba Mubarok (12) salah satu pemain meriam bambu ini mengaku, permainan ini dilakukan setiap hari di sore hari menjelang buka puasa.
“Mainan meriam bambu ini dilakukan setiap sore pak sambil ngabuburit nunggu buka puasa. Anak-anak disini nggak ada yang takut malah seneng kok, apalagi kalau suaranya keras saya seneng. Tapi kalau tidak bunyi malah jadi ramai karena ditertawakan temen-temen,” ujar Hafid disela-sela main meriam bambu.
Sementara itu, Muhammad Riyadi Sholihin (45) warga desa setempat, permainan meriam bambu ini sudah dimainkan anak-anak sejak dahulu kala.
“Jadi ini adalah permainan tradisional mas, perang-perangan meriam bambu, ini sudah turun temurun, jadi mainnya itu setiap sore pada bulan ramadhan, sambil ngunggu waktu buka puasa mas,” kata Muhammad sambil mengawasi anak-anak yang bermain.
Meski permainan ini menggunakan bahan baku karbit, agar bisa meledak namun tidak terlalu berbahaya jika mainya dilakukan secara benar. Jadi memang harus ada orang dewasa yang mengawasi mereka.
“Kita yang dewasa tetap mengawasi permainan mereka mas, sambil sesekali memberikan arahan agar permainan tersebut nantinya tidak membahayakan seperti dilarang berada di depan mulut meriam ketika akan di ledakkan, terus tutup telinga saat di sulut api,” tambahnya.
Semakin keras suara ledakan yang keluar dari lubang meriam bambu, maka anak-anak akan semakin bersorak kegirangan. Namun ketika ada meriam bambu yang gagal meledak maka akan ditertawakan teman-teman lainnya.
Bahkan, permainan meriam bambu inipun oleh warga sekitar dimanfaatkan juga sebagai penanda waktu menjelang buka puasa, sehingga suasana Ramadhan akan terasa semakin meriah. (Miftakhul Erfan/rey)
Load more