“Yang lama itu tempatnya numpang di halaman rumah warga, yang selama ini dijadikan tempat menjemur padi. Disamping itu, ramainya kendaraan di jalan juga sangat menganggu proses belajar mengajar serta keselamatan anak didik kami, semua wali murid juga sangat mendukung,”imbuhnya.
Setelah diperoleh kesepakatan dari berbagai pihak, akhirnya 6 unit sekolah darurat dengan konstruksi rangka bambu dan atap baja ringan terbangun. Sejak tanggal 1 april lalu telah ditempati untuk kegiatan belajar mengajar.
“Alhamdulillah, sejak 1 april lalu secara resmi sudah kami gunakan untuk kegiatan belajar mengajar, sambil menunggu pembangunan sekolah permanen di tempat relokasi dibangun,”pungkasnya.
Sebelum bencana erupsi gunung semeru terjadi pada 4 desember silam, sekolah ini memiliki 75 siswa. Namun saat ini tersisa 72 siswa, yang mana 2 siswa diantaranya menjadi korban erupsi, sementara 1 siswa lagi menjadi korban kecelakaan saat dalam perjalanan menuju tempat pengungsian. (Wawan Sugiarto/rey)
Load more