Lumajang, Jawa Timur - Angka kematian sapi akibat terjangkit wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di wilayah Kabupaten Lumajang, kian hari kian bertambah. Para peternakpun kini pasrah dengan kondisi ini. Sebab, berbagai upaya seperti pengobatan dan pemberian jamu telah dilakukan, namun juga belum membuahkan hasil.
Seperti yang dialami sejumlah peternak di Desa Bades Kecamatan Pasirian, dalam sepekan terakhir tercatat 11 ekor sapi mati akibat terjangkit PMK, salah satunya milik Satumar (57) warga Dusun Krajan Desa Bades.
"Sebenarnya sudah sembuh semua, tapi sakit lagi dan tadi malam (6/7) yang satu mati," kata Satumar saat di temui dikandangnya, Selasa (7/6/2022).
Satumar sempat kebingungan untuk menguburkan sapinya , sebab tak memiliki lahan lebih, hingga akhirnya diputuskan dikubur di lahan pengairan 1 kilometer dari rumahnya.
"Terpaksa dikubur disini (tepi jalan), soalnya di sekitar rumah tidak ada lahan, " jelasnya.
Akibat kematian sapinya yang memiliki berat 4 kwintal ini, Satumar mengalami kerugian hingga Rp25 juta.
Kini, Satumar hanya bisa pasrah dan berharap 2 ekor sapi miliknya yang masih ada ini segera sembuh.
Sementara itu, hingga saat ini total jumlah ternak sapi warga Desa Bades yang mati akibat wabah PMK sudah mencapai 11 ekor, sedangkan ratusan lainya masih mengalami sakit.
"Sampai sekarang sudah ada 5 ekor yang mati dan lebih dari 100 ekor yang sakit, " jelas indra, selaku perangkat Desa Bades.
Dengan kondisi wabah PMK yang makin meluas dan meresahkan ini, para peternak berharap dinas terkait lebih terbuka dalam penyampaian informasi terkait jumlah dan data wilayah sebaran wabah PMK, sehingga cepat diketahui dan segera dilakukan upaya antisipasi. (wso/rey)
Load more