Lumajang, Jawa Timur - Gunung Semeru yang memiliki ketinggian 3676 mdpl, hingga saat ini aktifitasnya masih fluktuatif, dan masih menyimpan potensi ancaman bahaya primer, berupa erupsi maupun awan panas guguran, serta bahaya sekunder berupa banjir lahar hujan maupun dingin.
Dalam beberapa hari terakhir, letusan gunung tertinggi di Pulau Jawa ini, juga sering terjadi disertai kepulan asap berwarna putih hingga kelabu, serta guguran lava yang mengarah ke Besuk Kobokan, meski jarak luncurya relatif aman dan jauh dari pemukiman penduduk.
Dikutip dari laporan rutin petugas Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Semeru, di Pos Pantau Gunung Sawur, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, tercatat dalam periode pengamatan hari Kamis (9/6) pukul 06:00 – 12:00 WIB, cuaca di sekitar Gunung Semeru cenderung berawan, angin bertiup lemah ke arah barat dengan suhu udara 23 – 29°C. Secara visual, gunung terlihat jelas hingga berkabut, namun asap kawah tidak teramati.
Di samping itu, juga teramati 10 kali letusan dengan ketinggian asap kurang lebih 300-400 meter berwarna putih dan putih kelabu, condong ke arah barat, serta teramati 1 kali guguran dengan jarak luncur kurang lebih 100 meter dari ujung lidah lava ke arah Besuk Kobokan.
Lebih lanjut, dalam laporan tertulisnya yang disusun oleh Yuda Prinardita Pura, salah satu petugas jaga PPGA, dilaporkan pula secara kegempaan, dalam 6 jam terakhir juga terekam 13 kali letusan, dengan amplitudo : 12-22 milimeter dan durasi : 75-115 detik.
Hembusan terekam sebanyak 3 kali, dengan amplitudo : 6-8 milimeter dan durasi : 65-80 detik., serta 1 kali tektonik jauh dengan amplitudo 32 milimeter, S-P : 18 detik dan durasi : 77 detik.
Dengan kondisi dan aktifitas kegempaan Gunung Semeru yang hingga saat ini masih berstatus siaga atau level 3, pihak PVMBG maupun BPBD Lumajang, tetap menghimbau kepada warga untuk mematuhi semua rekomendasi yang telah dikeluarkan, guna mengurangi resiko bencana.
Sementara itu, aktifitas warga yang bermukim di sekitar lereng Gunung Semeru, hingga saat ini masih berlangsung normal. Warga tetap beraktifitas seperti biasa baik di ladang dan sawah, seperti yang terpantau di sekitar Desa Oro-Oro Ombo dan Supit Urang Kecamatan Pronojiwo.
Sejumlah penambang pasir dan batu juga terpantau nekad beraktifitas di sepanjang hilir sungai Besuk Kobokan, meskipun lokasi ini masuk dalam kawasan rawan bencana. Para penambang mengaku tetap nekad beraktifitas karena tak memiliki pekerjaan lain, apalagi sawah ladang mereka telah terkubur awan panas. Meskipun demikian, mereka tetap waspada dan mengandalkan tanda-tanda alam.
“Ya pokoknya hati-hati saja, kalau mendung apalagi hujan ya langsung berhenti, takut sewaktu-waktu lahar datang. Intinya kami para penambang tetap mengandalkan tanda-tanda alam serta himbuan petugas dan relawan,”kata Hariyanto, salah satu penambang pasir. (wso/hen)
Load more