Banyuwangi, Jawa Timur - Varietas padi di Banyuwangi bertambah lagi. Dalam waktu dekat, jenis padi asal Jepang akan dikembangkan di Kabupaten Banyuwangi. Varietas ini diklaim bisa menghasilkan lebih banyak bulir padi, harga berasnya pun lebih mahal.
Varietas unggul ini dijuluki Koishihikari, satu dari tiga jenis padi Japonika. Meski asli Jepang, Japonika varietas Koishihikari cukup mudah dikembangkan di Indonesia, termasuk Banyuwangi. Salah satu penyebabnya, air yang melimpah.
“Kami tertarik mengembangkan beras Japonica di Banyuwangi, karena alamnya subur, airnya melimpah,” kata Thiono, investor pengembangan beras Japonica, Rabu (15/6).
Di Banyuwangi, padi Japonica akan dikembangkan secara kemitraan. Petani hanya menyiapkan lahan dan tenaga, selanjutnya investor menyediakan bibit, pupuk, dan obat-obatan. Saat panen, seluruhnya akan dibeli kembali oleh investor.
“Tahap awal, kami akan buat denplot sekitar 5-10 hektar. Lokasinya, nanti akan kita survei lagi,” katanya.
Beras Japonica sudah dikembangkan di 9 kabupaten di Jawa Timur. Diantaranya, Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Sidoarjo, Madiun, Kediri, Trenggalek, dan Jember. Hasil panen, rata-rata bisa mencapai 6-10 ton per hektar. Jumlah ini jauh di atas hasil panen di negara asalnya yang hanya 4-5 ton per hektar.
Varietas Japonica Koishihikari harga berasnya tembus Rp35 ribu per kilogram. Berasnya pulen, bulirnya kecil nyaris bulat. Jika dimasak, rasanya gurih dan rendah gula, cocok untuk mereka yang program diet.
Masa panennya juga lebih panjang, sekitar 100-110 hari. Namun, akan menguntungkan petani karena harganya lebih mahal dibandingkan padi biasa.
“Proses perawatannya juga mudah, hanya saluran sirkulasi air harus dikontrol, tidak boleh terlalu lama terendam,” tutupnya. (hoa/hen)
Load more