Malang, Jawa Timur - Penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK) semakin mengganas. Dari total populasi sebanyak 17.872 ekor sapi perah di wilayah Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, 8 ribu lebih sapi terjangkit virus penyakit mulut dan kuku. Di atas angka 400 lebih ekor sapi mati, tersebar di 13 Desa di Kecamatan Ngantang.
Dampak PMK dirasakan 1697 peternak, yang sebagian menjual paksa ternaknya dengan harga murah. Dampak penyakit mulut dan kuku pada hewan ternak sapi perah tidak hanya dialami oleh peternak, bahkan koperasi yang menaungi peternak di wilayah kecamatan juga terkena imbas PMK.
Hal ini dibenarkan oleh Ketua Koperasi Sumber Makmur bernama Sugito. Susu dari para peternak yang semula dalam per hari bisa mencapai 100 ton, kini anjlok hingga 50 persen. Dalam sehari, hanya mampu menampung susu dari peternak 51 ton.
"Benar mas, meskipun pihak koperasi mengalami kerugian cukup lumayan besar, namun kami tetap melayani para peternak sapi yang produksi susu terkontaminasi antibiotik. Tetap kita beli dengan harga normal yaitu 6000 per liter," kata Sugiono, Selasa (22/6).
"Susu antibiotik yang kita beli dan kami buang ada kisaran 5 ribu liter atau 5 ton per hari," jelas Sugiono.
“Sementara dikatakan Sugiono, kalau tingkat kematian bisa dibilang 3 persen, kisaran 250 sekian yang terjadi kematian. Untuk jual paksa atau potong paksa diangka 550 sekian. Jumlah itu sesuai data yang masuk pada kami, tapi ada pula kematian sapi itu tidak dilaporkan oleh peternaknya, di kisaran 200 ekor,” ujar Sugiono.
Kerugian pihak koperasi hingga hari ini mencapai Rp900 juta, namun kerugian lain yang menjadi beban adalah pembelian obat-obatan. Karena pihak koperasi berkontribusi pajak terhadap pemerintah cukup besar mulai dari PPH 21-23 tahun 2021 hingga di angka 6 miliar per tahunnya.
Load more