Surabaya, Jawa Timur - Akibat hantaman wabah penyakit mulut dan kuku (PMK), peternak asal Dusun Kumbo, Desa Telogosari, Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan, mengeluh ke wakil ketua DPRD provinsi Jawa Timur. Pasalnya di Dusun ini merupakan salah satu wilayah yang terdampak penyakit mulut dan kuku (PMK).
Jafar juga menjelaskan, antibiotik dan vitamin belum optimal untuk penyembuhan hewan ternak yang terpapar PMK. Menurutnya, obat herbal menjadi opsi peternak untuk mengatasi untuk bisa bertahan dari wabah PMK ini, dan itu harus beli sendiri, sehingga peternak harus kembali menguluarkan dana ekstra.
"Kemarin beli obat herbal itu satu harganya Rp 250 ribu satu ekor, kadang ada yang butuh 3 obat herbalnya untuk satu ekor jadi Rp750 ribu. Itu kita berat, ketambahan untuk pemulihan hewan ternak, kita butuh beli konsentrat sapi per hari 2 karung yang harganya Rp 210 ribu per karung," bebernya.
Akibat wabah PMK ini pula, puluhan sapi perah milik Jafar tidak bisa memproduksi susu, dan kalaupun ada, pihak pabrik tidak bisa menerima susu dari sapi perahnya, padahal sebelum serangan wabah PMK, 24 sapi perah miliknya bisa memperoduksi 200 liter susu perharinya.
"Karena ada sapi saya pulih, namun susunya keluar tapi ada kandungan antibiotik, itu ditolak oleh pabrik. Otomatis ya di sini banyak susu sapi dibuang karena mengandung antibiotik, kan bahaya untuk anak-anak," jelasnya.
Jafar berharap kepada Gus Anwar Sadad agar ada solusi kepada peternak sapi. Dan keluhan peternak ini bisa diteruskan kepada pihak Pemerintah Provinsi Jawa Timur, terutama bantuan konsentrat untuk meringankan beban para peternak.
Sementara itu, menyikapi keluhan peternak asal pasuruan Jawa timur ini, Gus Sadad akan mendesak Pemprov Jatim lebih serius dalam menangani PMK. Mengingat wabah PMK menyebabkan banyak peternak kehilangan pemasukan, dan kehilangan hewan ternaknya, karena terserang wabah.
"Kami akan komunikasi dengan Gubernur Jatim dan Dinas Peternakan. Saya kira Pemprov perlu datang dan melihat langsung ke lokasi peternakan warga, agar tahu formula pengobatannya. Apalagi ini sudah pandemi, ini penting agar tidak semakin buruk. Kalau bisa duduk bareng dengan peternak, agar ketemu solusinya," tegas Gus Sadad.
Ketua DPD Gerindra Jatim ini juga menyebut, Pemprov Jatim harus memberikan terobosan dalam penanganan PMK. Karena masuk kategori bencana, maka bisa menggunakan biaya tidak terduga (BTT), agar para peternak ini bisa kembali beraktifitas produksi secara normal.
Hingga 3 Juli 2022, ada sebanyak 136.153 hewan ternak yang terpapar PMK di Jatim. Dari jumlah itu, sebanyak 106.663 ekor masih sakit. Sebanyak 27.721 ekor sembuh, 811 ekor mati dan 988 ekor dipotong paksa. (sha/rey)
Load more