Jawa Timur - Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Lumajang, Agus Widarto menjelaskan fenomena koyo atau ikan mabuk yang terjadi di Ranu Klakah, Kecamatan Klakah, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
"Biasanya kan suhu itu mengalir dari yang tinggi ke rendah, nah kebetulan Ranu Klakah itu mengandung unsur belerang dari gunung berapi Lemongan," kata Agus melalui sambungan telepon, Sabtu (30/7/2022).
Tidak hanya Ranu Klakah, fenomena koyo juga sering terjadi di danau sekitar Gunung Lemongan yang lain seperti Ranu Bedali dan Ranu Pakis.
Agus menambahkan, asam belerang yang terbawa arus ke permukaan membuat ekosistem air kekurangan oksigen. Akibatnya ikan akan mulai mabuk dan mati.
Namun, tidak semua ikan akan mabuk dan mati. Biasanya, hanya ikan dengan ukuran kecil dan dengan daya tahan tubuh yang lemah.
"Tidak semua mati, tergantung daya tahan tubuhnya, biasanya itu yang kecil-kecil yang banyak mati," ucapnya.
Dinas Perikanan juga melakukan pengujian kadar oksigen di Ranu Klakah. Hasilnya, di beberapa titik kadar oksigennya memang rendah antara 0,3 - 1,3 ppm.
Hanya terdapat satu titik dengan kadar oksigen tinggi yakni di dekat sumber air dengan 3 ppm. Padahal, normalnya kadar oksigen itu sekitar 5 ppm.
"Ini yang paling tinggi pun hanya ada di dekat sumber air, optimalnya lebih dari 5 ppm jadi ya rendah sekali," tambahnya.
Meski begitu, Agus memastikan ikan-ikan yang mati aman untuk dikonsumsi. Sebab, kandungan belerang yang dihirup oleh ikan tidak terlalu banyak.
"Untuk konsumsi aman, karena kandungan h2snya tidak terlalu banyak, jadi bukan bahan beracun yang mematikan," pungkasnya.
Untuk diketahui, fenomena koyo atau ikan mabuk terjadi di Ranu Klakah sejak seminggu terakhir. Atas hal tersebut, warga berebut mencari ikan untuk dijual maupun dikonsumsi pribadi. (wso/ree)
Load more