Gresik, Jawa Timur - Satu Suro atau awal bulan Muharram 1444 Hijriah, dimanfaatkan sejumlah kolektor benda- benda pusaka di komplek Gresik Kota Baru (GKB) untuk memandikan berbagai macam benda pusaka. Tradisi memandikan benda pusaka atau lebih dikenal dengan istilah jamasan itu, dilakukan untuk melestarikan warisan leluhur agar tidak punah.
Di Gresik sendiri, prosesi Jamasan pusaka atau memandikan pusaka dilakukan oleh kelompok pecinta benda bersejarah. Penjamasan dilakukan dengan menggunakan air yang diambil dari sumber tujuh sumur, yang dicampur bunga 7 rupa, telor dan buah kelapa muda.
Tradisi warisan Keraton ditanah Jawa ini diawali dengan pembacaan doa menggunakan bahasa Jawa kuno. Dilanjutkan dengan prosesi penjamasan. Semua peserta penjamasan mengenakan busana adat Jawa lengkap, diantaranya blangkon, jarik, dan beskap layaknya prajurit keraton.
Adapun benda- benda pusaka yang dimandikan dengan prosesi awal menggunakan jeruk nipis itu berupa benda keris, tombak, dan benda- benda pusaka lainnya.
"Tradisi ritual adat Jawa ini tidak dilakukan disembarang waktu. Tetapi hanya dalam waktu tertentu yakni setahun sekali. Tepatnya dibulan Suro," ujar Ediyanto, penjamas.
Sementara itu Slamet Supriyanto, kolektor benda pusaka yang juga pemerhati seni tradisi warisan leluhur di Gresik, mengatakan penjamasan tidak sekedar melestarikan tradisi leluhur, tetapi juga untuk merawat benda pusaka agar terjadi kemurniannya.
"Penjamasan itu tradisi adat Jawa untuk membersihkan kotoran atau karatan yang melekat pada benda pusaka," tutur Slamet.
Dikatakan Slamet, Jamasan dilakukan karena benda pusaka yang telah berusia ratusan tahun jika rutin dijamas, maka kondisinya akan tetap bagus dan tetap terjaga keasliannya.
"Penjamasan itu upaya merawat benda pusaka," pungkas Slamet. (mhb/rey)
Load more