Lumajang, Jawa Timur – Ini adalah kisah haru Muhammad Zuhri. Zuhri adalah seorang ayah yang putranya terkubur material Gunung Semeru.
Selama 8 bulan dia terus mencari hingga rela menyewa eskavator seharga Rp 400 per jam.
Dia terus menggali daerah sekitar aliran sungai yang sudah tertimbun material Gunung Semeru demi menemukan Rendy.
Tidak ada sejengkal tanah pun dilewatkan Zuhri. Ia terus menggali mulai dari matahari terbit hingga tenggelam meski usahanya belum juga membuahkan hasil.
"Kalau menyerah itu tidak pernah. Namanya juga mencari anak. Setiap hari saya gali terus berharap jenazahnya bisa ketemu," kata Zuhri, Rabu (3/8/2022).
Usahanya mencari jasad Rendy dimulai saat ia mengetahui anaknya tidak kembali ke rumah saat erupsi Gunung Semeru.
Saat itu, Rendy diketahui disuruh sang ibu untuk menjemput ayahnya yang sedang bekerja mengambil air nira di sawah.
Rendy yang berniat menjemput sang ayah dengan mengendarai motor matic-nya dilaporkan hilang karena tak kunjung pulang hingga tengah malam.
27 Hari masa pencarian korban erupsi Semeru oleh Tim SAR dan relawan berlalu. Ternyata jenazah Rendy belum juga ditemukan.
Zuhri tidak menyerah. Ia sampai rela menyewa eksavator seharga Rp 400 ribu per jam demi jasad Rendy.
Setidaknya, tiga hari dilewati Zuhri mencari dengan alat berat itu. Namun sayang, jasad Rendy tidak juga ditemukan.
Saat semua alat berat yang diperbantukan ditarik, Zuhri mencari Rendy dengan cara manual.
Dia terus melakukan penggalian selama berbulan-bulan lamanya dengan berbekal cangkul dan arit.
Kabar tentang ciri-ciri Rendy dan pakaian yang digunakan terakhir pun diumumkan Zuhri ke semua warga yang mencari pasir. Siapa tahu ada warga yang menemukan ciri-ciri tersebut.
Saat hilang, Rendy mengenakan kaos berwarna hitam dengan tulisan Jogja, celana jeans warna biru gelap dan celana dalam warna merah.
"Baju itu baju kesayangannya Rendy. Itu pokoknya cuci kering pakai," jelasnya.
Penantian lama itu pun berakhir. Salah satu warga yang sedang mencari pasir bernama Said menemukan potongan tulang manusia dengan ciri-ciri pakaian seperti yang disampaikan Zuhri.
Saat itu, Zuhri sedang istirahat di rumah karena empat hari belakangan sedang sakit.
Sehingga, dia tidak menggali pasir untuk mencari Rendy seperti biasanya.
Warga yang mengira bahwa itu anak yang sedang dicari Zuhri kemudian meneleponnya.
Berulang kali ditelepon tidak diangkat, akhirnya warga pun menjemput Zuhri ke rumahnya.
Mendengar kabar anaknya ditemukan, Zuhri langsung berlari ke lokasi aliran sungai untuk memastikan bahwa jasad yang ditemukan benar-benar anaknya.
"Ditelepon berkali-kali saya tidak dengar terus dijemput sama orang-orang ke sini. Langsung saya lari ke sana memastikan," ceritanya.
Kondisi bingung dan senang membuat Zuhri ragu apakah betul yang dilihatnya adalah sang buah hati yang selama ini dicarinya.
Ia kemudian memotret pakaian yang menempel di potongan tulang itu dan mengirimkannya kepada istrinya.
"Istri saya langsung bilang iya itu Rendy. Kebetulan waktu itu pakaiannya masih utuh jadi dia langsung yakin," terangnya.
Potongan tulang yang ditemukan langsung dibawa pulang dan dimakamkan di dekat rumahnya tanpa proses autopsi.
Zuhri mengaku bersyukur dan berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu mencari jasad almarhum.
"Saya mewakili keluarga berterima kasih kepada semua pihak yang membantu. Kami mohon maaf kalau Rendy punya salah. Mohon doanya untuk almarhum," pungkasnya. (wso/nsi)
Load more