Ngawi, Jawa Timur - Ratusan hektar tanaman padi milik petani di Desa Beran, Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi, mengalami puso atau gagal panen akibat diserang hama wereng.
Bahkan, usia tanaman padi saat ini menginjak 60 hingga 70 hari, yang seharusnya mulai berbulir, namun banyak yang kosong, kering dan mati, sehingga terpaksa dibabat dan hanya bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak.
Kondisi ini diungkapkan oleh Herman (46) saat melihat sawahnya, Jumat (5/8) pagi. Herman adalah salah satu dari sekian banyak petani di Desa Beran yang memiliki lahan sebanyak 6 hektar.
Semuanya ditanami padi dan kondisinya sama, dipastikan puso atau gagal panen akibat serangan hawa wereng. Padahal perhektarnya Herman mengeluarkan biaya produksi mulai dari benih, tanam, obat semprot dan pupuk mencapai 10 juta rupiah.
“Yang jelas ini gagal panen pak, kondisinya seperti kena penyakit wereng, ya banyak petani yang rugi ini. Pengeluaran saya untuk satu hektar ini habis 10 juta rupiah." tandas Herman sambil membabat tanaman padinya untuk pakan ternak.
Kondisi tanaman padi milik mereka terpaksa dibabat dan dimanfaatkan untuk pakan ternak sapi di rumah, ada juga yang dibiarkan begitu saja karena sudah tak ada lagi dana untuk menggarap ulang.
“Ya mau gimana lagi pak, terpaksa dibiarkan gini, atau diberikan pada siapa saja yang mau untuk pakan ternak. Kalau di lahan milik warga Desa Beran itu ada sekitar 100 hektar pak, kondisinya sama,” tambah Herman.
Sementara itu, keluhan yang sama juga dirasakan oleh Suharto (67) petani desa setempat. Ia mengaku semua upaya telah dilakukan, mulai dari penyemprotan, pupuk, sampai pengaturan pola pengairan agar tidak kebanyakan air, namun hasilnya tetap diserang hama wereng.
“Segalanya udah dilakukan mas mulai dari semprot, kasih pupuk juga sudah, bahkan ini lahan juga dibuatkan saluran pembuangan air agar tidak becek tapi hasilnya ya tetep aja begini,” keluh Suharto.
Meski kondisinya demikian, namun yang sangat disayangkan para petani adalah tidak adanya petugas lapangan atau pegawai pertanian dari dinas terkait ataupun dari pihak pemerintah, sehingga para petani saat ini bingung mencari solusi.
“Jadi keluhan saya sekarang ini mbok ya PPL atau dinas ntah pemerintah itu datang, terus dilihatlah biar diteliti ini itu karena alam atau memang penyakit. Sekarang itu petani semua pasrah sudah gak bisa apa-apa,”pungkas Suharto.
Saat ini para petani hanya bisa berharap pemerintah setempat turun tangan membantu beban mereka, minimal memberikan solusi, apalagi modal yang mereka gunakan pada musim tanam kedua ini adalah hasil pinjaman dari bank. Sehingga beban para petani saat ini bertambah. Selain gagal panen, tidak ada penghasilan yang diharapkan ditambah tanggungan angsuran pinjaman di bank. (men/hen)
Load more