Jember, Jawa Timur - Koordinator Fungsi Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jember Candra Birawa mengatakan bahwa kenaikan bahan bakar minyak dapat memicu laju inflasi selama tiga bulan ke depan.
"Kenaikan BBM tidak serta merta langsung mempengaruhi laju inflasi sejumlah kelompok pengeluaran pada September ini, namun dampaknya ke depan akan multiefek," katanya di Kabupaten Jember, Senin (5/9/2022).
Pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM yakni BBM bersubsidi jenis pertalite dari Rp7.650 per liter menjadi Rp10 ribu per liter; solar bersubsidi dari Rp5.150 per liter menjadi Rp6.800 per liter; dan pertamax nonsubsidi dari Rp12.500 per liter menjadi Rp14.500 per liter yang berlaku sejak 3 September 2022 pukul 14.30 WIB.
"Kemungkinan kenaikan BBM akan menjadi pemicu tertinggi laju inflasi pada September 2022 dan diikuti oleh kelompok transportasi yang terkena dampak secara langsung akibat kenaikan bahan bakar tersebut," tuturnya.
Sedangkan kelompok lainnya seperti kenaikan sejumlah komoditas makanan, sandang dan lainnya akan menyesuaikan harganya karena dampaknya pada biaya produksi atau berdampak tidak secara langsung.
"Kenaikan BBM akan dirasakan dampaknya sampai tiga bulan ke depan yang dapat memberikan andil dalam laju inflasi di Jember, sehingga harus dilakukan pengendalian oleh Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) setempat," katanya.
Candra mengatakan Kabupaten Jember mengalami deflasi sebesar 0,47 persen pada Agustus 2022 dengan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 112,57 persen dengan salah satu komoditas penyumbang deflasi tertinggi yakni cabai rawit, namun diprediksi bulan September 2022 akan mengalami inflasi.
Load more