Banyuwangi, Jawa Timur - Dampak naiknya harga BBM paling dirasakan para nelayan di pesisir Muncar, Banyuwangi. Biaya melaut melonjak, sedangkan tangkapan ikan cenderung sepi. Tak sedikit yang memilih libur melaut.
"Dahulu, kita sudah bisa dapat ikan hanya dengan melaut sekitar 1 mil. Sekarang, minimal 5 mil. Tentunya, biaya operasional bertambah dengan naiknya harga BBM," keluh Ketua DPC Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Banyuwangi, Hasan Basri, Jumat (9/9/2022) pagi.
Menurutnya, hasil tangkapan ikan nelayan di Muncar cenderung turun dalam beberapa dekade terakhir. Penyebabnya, diduga terganggunya ekosistem laut. Sehingga, ikan banyak berkurang. Imbasnya, nelayan harus melaut lebih jauh lagi.
Selama ini, nelayan menggunakan perahu 5000 GT dengan konsumsi BBM minimal 45 liter. Padahal, hasil tangkapan ikan tidak bisa dipastikan. Tak jarang, nelayan justru merugi.
"Terkadang, kita pulang dengan tangan kosong. Padahal, sudah keluar biaya BBM dan operasional," keluhnya lagi.
Pihaknya berharap, pemerintah bisa membatalkan kenaikan harga BBM ini. Sebab, harga solar yang tinggi akan memperburuk nasib nelayan. Naiknya harga solar yang melebihi Rp1000 per liter cukup memukul pendapatan nelayan.
"Naik seribu rupiah saja sudah terasa bagi nelayan. Lha ini hampir dua ribu kenaikannya, ini menyengsarakan," tegasnya.
Selama libur melaut, nelayan memilih memperbaiki peralatan perahu. Mereka belum memastikan sampai kapan akan libur.
"Ya menunggu ada modal, karena BBM tidak bisa utang," kata Mansur, salah satu nelayan di Muncar. (hoa/act)
Load more