Jombang, Jawa Timur - Pesanan Batik New Colet Jatipelem khas Jombangan makin eksis seiring melandainya kasus pandemi Covid-19 di berbagai daerah. Pasar batik kembali terbuka lebar. Kondisi ini membangkitkan kembali semangat para perajin batik.
”Alhamdulillah, pesanan dari Bandung maupun Medan dan daerah lainnya terus ada. Memang pandemi Covid-19 lalu, sepi sekali. Sekarang sudah mulai meningkat,’’ ungkapnya semangat.
Di tempat usaha kerajinan batik milik Sutrisno, sejumlah pekerja sibuk mengerjakan pesanan aneka motif batik. Sejumlah pekerja laki-laki sibuk mengerjakan batik cap, sedangkan pekerja perempuan sibuk mengerjakan batik tulis dengan canting. Sutrisno mengatakan untuk memenuhi pesanan pelanggan sesuai dengan target, sedikitnya ada 10 pekerja yang membantunya. Mereka rata rata ibu-ibu dari warga setempat.
Di tengah gempuran batik printing atau cetak pabrikan, Sutrisno mengaku tetap komitmen mengerjakan dan menjual batik cap dan batik tulis sesuai kemampuan yang dimiliki. Untuk bersaing dengan batik pabrikan, disiasati dengan banyak inovasi untuk menemukan motif baru.
"Ide kreatif untuk membuat motif baru harus terus muncul. Karena persaingan memang sangat ketat saat ini," paparnya.
Mengenai harga lanjut Sutrisno, juga bersaing, namun tetap mengutamakan mutu. Satu potong kain batik ukuran 2 meter buatan Sutrisno dijual mulai Rp120 ribu hingga Rp3 juta. Penentuan harga tersebut tergantung jenis batik dan tingkat kesulitannya.
"Untuk harga bervariasi, tergantung motif dan kualitas bahan kainnya," kata Sutrisno.
Seperti dimaklumi, batik merupakan salah satu bentuk keragaman budaya di Indonesia. Kegiatan membatik sudah diajarkan secara turun-temurun di berbagai daerah di Indonesia. Bahkan UNESCO sudah mengakui batik sebagai salah satu warisan budaya asli Indonesia.
Setiap daerah memiliki ciri khas motif batik yang dilatarbelakangi oleh sejarah pada suatu daerah tertentu.
Ragam hias motifnya pun memiliki makna dan filosofi yang mendalam tentang kehidupan serta harapan pemakai batik. Begitupun dengan motif batik New Colet Jombangan karya Sutrisno, yang kaya akan sejarah dan makna filosofi di setiap motifnya.
Menurut Sutrisno Batik New Colet Jombangan memiliki sejarah yang berasal dari masa saat dirinya masih bekerja membantu seorang perajin untuk membatik pada tahun 2000.
"Setelah itu pada tahun 2008 saya berhenti dari salah satu usaha kerajinan milik orang lain tersebut, dan membuat batik sendiri dengan nama Batik New Colet. Karena terinspirasi saat saya bekerja membatik dulu nyolet-nyolet," ungkap Sutrisno mengenang proses panjang usahanya.
Hingga kini, pekerjaan membatik di New Colet dikerjakan dengan menyolet mulai dari proses mencanting hingga pewarnaan. Salah satu motif batik New Colet yang paling terkenal adalah motif Jati dan buah mangga atau pelem. Filosofi yang terkandung dalam motif jati, bahwa setiap batik yang lahir selalu memiliki perkembangan dan menghasilkan buah dan selalu memiliki kekuatan seperti pohon jati. Sedangkan motif mangga emiliki penggambaran yang sesuai dengan asal desa batik New Colet, yakni Desa Jatipelem. (usi/hen)
Load more