Audrey menjelaskan bahwa kandungan protein pada mie berbahan 100% tepung terigu adalah sebesar 1,6%. Sedangkan, Mie Tebak memiliki kandungan protein 4% lebih tinggi, yaitu sebesar 5,6%.
Untuk menemukan komposisi bahan Mie Tebak yang tepat, lanjut Audrey, membutuhkan waktu selama 2-3 minggu. Mereka membuat tiga macam rasio formulasi untuk pembuatan mie tepung tempe dan penambahan bubuk daun sengkubak. Pada awal percobaan, mie terasa pahit karena takaran tepung tempe yang kurang pas. Setelah berkali-kali mencoba, akhirnya mereka menemukan rasio 82% tepung terigu : 15% tepung tempe : 3% daun sengkubak menjadi takaran yang tepat untuk membuat mie yang layak dikonsumsi.
Pembuatan Mie Tebak membutuhkan waktu 2 hari. Proses dimulai dari mengeringkan tempe dan daun sengkubak menggunakan cabinet dryer. Kemudian, tempe dan daun sengkubak yang kering dihaluskan menggunakan food processor. Tahapan dilanjutkan ke pembuatan mie.
Tepung tempe, bubuk daun sengkubak, dan tepung terigu dicampur. Kemudian, campuran tersebut diuleni menjadi adonan yang siap digiling menjadi mie. Setelah itu, mie direbus hingga matang dan siap dimakan.
Dr.rer.nat Sulistyo Emantoko Dwi Putra, S.Si., M.Si. mengatakan pembuatan inovasi ini menjadi salah satu kompetensi yang diajarkan di Fakultas Teknobiologi Ubaya.
“Mahasiswa didorong untuk menghasilkan suatu produk yang bisa digunakan oleh masyarakat luas. Mie dari tempe dan daun sengkubak menjadi bukti mahasiswa dapat menciptakan inovasi yang memanfaatkan sumber daya alam lokal,” jelas Dekan Fakultas Teknobiologi Ubaya itu.
Load more