Agar harganya tidak naik, pedagang tidak merugi dan pembeli tidak merasa kemahalan, maka dari itu, Pemkot Madiun memberikan subsidi 3 ribu rupiah kepada para pedagang, sehingga harga jual ayam ke konsumen tetap 27 ribu rupiah per kilogramnya.
Subsidi semacam itu juga berlaku untuk 6 komoditas lain seperti beras, minyak goreng, telur, sayuran dan cabe dengan besaran subsidi bervariasi.
Menurut Maidi dengan melakukan subsidi langsung ke pedagang, maka harga kebutuhan pokok di pasar akan relatif stabil dan pedagang pun tidak merugi, sehingga inflasi dapat di tekan.
“Maka dari itu inilah fungsinya saya ngantor di pasar, jadi bisa tahu. Jika barangnya mahal dan langka maka saya akan langsung connect kan dengan pasar di Madiun raya, entah Magetan, Plaosan, Malang dan Batu. Jika disana stok ada harganya murah langsung saya datangkan dari daerah tersebut,” pungkas Maidi.
Pemberian subsidi langsung kepada para pedagang untuk 6 komoditas itu di sambut baik pedagang. Alasanya, dengan subsidi seperti itu pedagang bisa mendapatkan untung tanpa harus menaikan harga barang. Apalagi kondisi pasar saat ini relatif sepi pasca kenaikan harga BBM.
“Ya baguslah kalau untung kita di kasih sama pemerintah, jadi kita bisa jual harga standar tanpa harus menaikkan harga. Mau dinaikkan atau tidak pasarnya semakin sepi ini mas pasca BBM naik,” ujar Mulyono salah satu pedagang sembako di Pasar Besar Madiun.
Selain itu, telat di depan Pasar Besar Madiun, Maidi juga memberangkatkan 10 unit mobil logistik yang akan keliling memasok sembako murah ke 10 titik wartek atau warung tekan inflasi yang telah ia lounching beberapa hari yang lalu. (men/hen)
Load more