Surabaya, Jawa Timur - Menindaklanjuti pernyataan Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo terkait peningkatan produksi sorgum dan pengembangan kebijakan gandum di Indonesia, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus mendukung ketahanan pangan nasional.
Hal ini dibuktikan dengan terbentuknya konsorsium pengembangan varietas unggul sorgum antara ITS dengan Universitas Hassanuddin (Unhas) dan Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), serta Petrokimia Gresik.
Kerja sama ini akan melakukan pengembangan bibit sorgum unggul terbarukan sebagai bahan pangan alternatif yang mendekati produk tepung terigu. Kemudian, varietas unggul sorgum ini juga akan dikembangkan dari persilangan dan genome editing menggunakan pendekatan bioinformatika untuk mendapatkan varietas unggul dengan karakteristik.
Kepala Pusat Penelitian Material Maju dan Teknologi Nano ITS Dr Agung Purniawan menjelaskan konsorsium ini terbentuk dengan melihat peluang terhadap sorgum sebagai bahan yang dapat digunakan menjadi pengganti tepung gandum.
“Selama ini, Indonesia sangat bergantung pada produksi luar negeri serta dipicu pula adanya peperangan antara Rusia dan Ukraina yang berdampak pada stok gandum dunia,” ungkap Agung.
Melihat hal tersebut dan tagline sorgum yaitu 3F (Food, Feed and Fuel), menurut dosen Departemen Teknik Material dan Metalurgi ITS ini, biji sorgum dapat digunakan untuk pangan dan bagian batang dapat digunakan sebagai pakan ternak serta biofuel. Tak hanya itu, berdasarkan roadmap sorgum 2022-2024, target produksi pada tahun 2023 juga sebesar 444.084 ton, sehingga diperlukan benih sorgum unggulan dalam jumlah besar.
Mengingat pentingnya komoditi tersebut, ITS dan konsorsium ini diyakini Agung tidak hanya mendukung target roadmap, tetapi juga menyediakan sorgum yang diharapkan memenuhi cita rasa masyarakat. ITS pastinya akan mengembangkan sains dan teknologi untuk berkontribusi mewujudkan program ini dengan membuat sorgum berkualitas dengan pengembangan varietas unggul.
Load more