Sementara itu, dari sisi Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM) ITS tentunya mendukung penuh penelitian ini untuk menghasilkan sorgum dengan varietas unggul yang bermanfaat untuk masyarakat. "Dukungan ini akan dilakukan baik dalam skema penelitian ataupun pengabdian kepada masyarakat melalui beberapa kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN)," ujarnya.
Tak hanya itu, salah satu peneliti dari ITS Prof Drs Ec Ir Riyanarto Sarno MSc PhD menambahkan, guna mendukung pertumbuhan sorgum secara optimal, tim konsorsium juga akan mengembangkan ITS Smart Farming dengan teknologi berbasis Internet of Things (IoT). Teknologi ini dibuat agar dapat membantu pemantauan pertumbuhan sekaligus lingkungan penanaman sorgum secara realtime, wherever dan whenever.
Dengan adanya teknologi dari ITS Smart Farming, dosen yang biasa disapa Riyan ini menjelaskan bahwa pemantauan bisa dilakukan dari luar lokasi penanaman, sehingga monitoring bisa dilakukan secara leluasa.
"Varietas dengan berbagai kelebihan dipadu lingkungan dan teknologi yang optimal akan menghasilkan sorgum unggul dan berkualitas tinggi," tandas Guru Besar Teknik Informatika ITS ini.
Selaras dengan Agung, adanya berbagai program yang telah dicantumkan, anggota konsorsium berharap penuh bahwa ke depannya kegiatan ini akan berkontribusi dalam ranah sorgum untuk biofuel juga.
"Harapannya tidak hanya 5 ton per hektare, tetapi bisa 8 ton per hektare dengan tekstur sorgum yang lebih pulen," pungkas Riyan. (msi/ppk)
Load more