Menurut Sri Kayatin, pembuat krupuk rambak squid ini, mengaku terinspirasi dari keberadaan pabrik pengolahan cumi-cumi di desa tetangga. Pabrik hanya mengambil daging cumi-cumi, sementara kulitnya dibuang menjadi limbah. Berbekal kemampuan memasak, Sri Kayatin mencoba mengolahnya menjadi camilan.
Sejak dipasarkan, permintaan rambak squid terus meningkat. Namun minimnya tenaga serta bahan kulit cumi, membuat Sri Kayatin harus membatasi pesanan hanya 50 bungkus per minggu. Harga yang dipatok adalah Rp17 ribu, untuk kemasan premium dan Rp15 ribu untuk kemasan biasa.
“Kami terpaksa membatasi jumlah pesanan, karena sulit bahan bakunya,” ungkap Sri Kayatin, pembuat krupuk rambak cumi.
Selain membuat krupuk rambak squid, Sri Kayatin juga memproduksi berbagai macam camilan lain. Diantaranya rengginang cumi-cumi, rempeyek cumi-cumi, krupuk cumi-cumi, serta aneka camilan berbahan hasil laut. Kini produk Sri Kayatin tersebut bisa ditemui di swalayan, pusat oleh-oleh dan perhotelan di Kabupaten Tuban. (htn/hen)
Load more