Banyuwangi, Jawa Timur - Keganasan Partai Komunis Indonesia (PKI) tak hanya meletus di Jakarta. Partai terlarang ini juga tercatat melakukan aksi pembantaian besar-besaran di Kabupaten Banyuwangi.
Layaknya lubang buaya di Jakarta, lubang buaya Cemetuk menjadi tempat ditimbunnya jenazah anggota GP Ansor. Luas lahannya sekitar 500 meter persegi. Lokasinya di tengah perkampungan. Di tempat ini terdapat tiga lubang, sekaligus dijadikan makam. Masing-masing, satu lubang besar berukuran 2x7 meter. Konon, menampung sebanyak 42 jenazah. Lalu, dua lubang lainnya berukuran 2x3 meter masing-masing berisi 10 jenazah.
“Lahan ini dahulu milik kakek saya, Wono Karyo, lalu diwakafkan ke desa,” kata Suyoto, cucu dari pemilik lahan ini, Kamis (29/9/2022) siang.
Ketika pembantaian terjadi, Suyoto sudah berusia remaja. Umurnya, sekitar 15 tahun. Seingatnya, tragedi berdarah itu bermula dari bentrok antara pemuda Ansor dengan anggota PKI di Dusun Karangasem, kini masuk Desa Yosomulyo, Kecamatan Gambiran. Jaraknya sekitar 3 kilometer dari lubang buaya Cemetuk. Dari bentrok inilah, sebanyak 62 pemuda Ansor gugur. Mereka dibantai, lalu jenazahnya dibuang di lahan yang saat ini menjadi lubang buaya Cemetuk ini.
“Dahulu, di sini ada cekungan tanah untuk membuang sampah. Tempat ini yang digunakan oleh pengikut PKI untuk membantai pemuda Ansor, lalu jenazahnya ditimbun,” kisahnya.
Kebetulan, ketika tragedi berdarah itu terjadi, di lokasi sudah ada makam Mbah Wono Karyo dan cucunya, Rasinem. Akhirnya, kawasan ini dijadikan monumen gugurnya 62 orang akibat keganasan PKI. Bangunan monumen ini diperbarui sekitar tahun 1997. Selain makam, di tempat ini terdapat monumen Pancasila Sakti. Ada juga, sebuah relief yang menceritakan peristiwa berdarah pembantaian oleh PKI.
Meski terdapat 62 anggota GP Ansor, tetapi tidak ada satu pun nama-namanya. Hingga sekarang masih menjadi misteri. Menurut cerita, anggota GP Ansor tersebut datang dari wilayah Muncar, Banyuwangi. Sedianya, mereka hendak menyerang markas kelompok PKI di Gambiran. Diduga, karena kalah banyak, kelompok GP Ansor justru dibantai pengikut PKI.
“Sejak peristiwa itu sampai sekarang, belum ada yang mencari atau mengaku sebagai anggota keluarga. Tapi, berdasarkan sejarah, seluruhnya datang dari wilayah Muncar,” jelas Suyoto.
Ketika momen Hari Kesaktian Pancasila, lubang buaya Cemetuk ini ramai dikunjungi warga. Mulai jajaran GP Ansor hingga para pelajar. Biasanya, mereka menggelar kegiatan napak tilas sejarah. Lalu, menggelar upacara di lokasi lubang buaya Cemetuk. (hoa/act)
Load more