Jember, Jawa Timur - Pengguna WiFi harus bijak dan hati-hati saat menyambungkan handphone dengan WiFi di sembarang tempat. Karena hacker semakin mudah meretas data dan identitas diri pengguna WiFi untuk memperkaya diri sendiri.
Kejahatan keuangan di era digital atau yang dikenal dengan Soceng (Social Engineering) marak terjadi. Korbannya adalah masyarakat yang mayoritas nasabah bank. Mereka rata-rata belum mengetahui informasi jenis-jenis modus penipuan yang biasa dilakukan pelaku.
Guna mengantisipasi hal itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang bertugas melakukan pengawasan terhadap kegiatan sektor jasa keuangan, salah satunya di sektor perbankan memberikan tips agar tidak menjadi korban kejahatan keuangan digital atau soceng.
"Soceng ini pintu masuk untuk melakukan penipuan kepada sasaran korban dengan cara mengelabui korban agar bisa mendapatkan informasi data pribadi atau akses yang diinginkan," ujar Kepala Subbagian Edukasi dan Perlindungan Konsumen, OJK Jember, Niken Dyah Pristanti, saat menjadi narasumber pada acara Capacity Building Media 2022, Sabtu (8/10).
Katanya, pelaku soceng akan mempengaruhi psikologis atau pikiran calon korban dengan berbagai cara. Jika terpengaruh, maka calon korban akan mengikuti semua instruksi dari pelaku. Biasanya, pelaku meminta data pribadi dan nama ibu kandung.
"Yang dicuri soceng dari korban, biasanya nama ibu kandung dan data pribadi untuk menipu korban," ucapnya.
Jika pelaku soceng sudah mendapatkan data pribadi calon korban, maka sangat mudah mencuri semua uang milik korban yang ada di rekening, mengambil alih akun, atau menyalahgunakan data pribadi untuk melakukan penipuan.
Ia menyebut, modus baru soceng yang sedang marak digunakan dengan meminta data pribadi antara lain, meminta korban menyebutkan PIN atau Password, melakukan komunikasi yang bertujuan menipu, dan mengatasnamakan pegawai bank.
"Modus yang dilakukan biasanya memberikan info perubahan tarif transfer bank, tawaran menjadi nasabah prioritas, layanan konsumen palsu, atau juga tawaran menjadi agen Laku Pandai," ungkapnya.
"Termasuk juga harus menggunakan jaringan internet yang aman atau pribadi saat melakukan transaksi keuangan. Karena jika menggunakan jaringan wifi, akan mudah diakses oleh hacker, sehingga data kita mudah diretas atau dibajak," bebernya.
Niken Dyah Pristanti mengemukakan, dilihat dari sisi demografi, populasi masyarakat Indonesia didominasi generasi Y, Z dan Post Z yang notebene usia produktif. Usia ini keingintahuannya sangat tinggi dan lebih banyak mengakses Internet.
"Oleh karena itu, sudah saatnya kita harus memproteksi diri kita untuk membuka wawasan lebih luas lagi bagaimana mengantisipasi kejahatan yang berpeluang terjadi di era digital," ucapnya. (sss/hen)
Load more