Probolinggo, Jawa Timur - Mahalnya harga kedelai menyebabkan omset sejumlah pengrajin tempe tradisional menurun drastis di Kelurahan Sumber Taman, Kecamatan Wonoasih, Kota Probolinggo, Jumat (14/10).
Salah satu pengrajin tempe tradisional, Wajik mengatakan pada saat harga kedelai mahal terpaksa mengurangi jumlah produksinya karena takut membusuk dan tidak laku.
"Saat ini harga kedelai naik Rp12.000 - Rp13.000 per kilogram dari harga awal yakni Rp7000 per kilogram," katanya.
Wajik menambahnya, tidak cukup dengan hanya mengurangi jumlah produksinya saja melainkan juga harus memperkecil bentuk ukuran tempe. Agar usaha produksi tempenya bisa bertahan, pasca dua tahun lalu terdampak Covid-19.
"Banyak pengrajin tempe tradisional gulung tikar, karena biaya produksi dan penjualan tak seimbang hingga merugi terus-menerus," tambahnya.
Hal serupa juga dituturkan oleh Budi, seorang pengrajin tempe tradisional di kawasan yang sama, sekarang bisa bertahan memproduksi tempe itu sudah termasuk beruntung. Karena sejumlah pengrajin memilih tutup dan mencari pekerjaan lain untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
"Semoga harga kedelai kembali normal, agar omset pengrajin tempe bisa stabil dan tak merugi," tuturnya.
Terpantau dalam sebulan terakhir, harga kedelai mengalami kenaikan akibat dipicu cuaca buruk yang tidak menentu. (msn/hen)
Load more