Probolinggo, Jawa Timur - Sebuah kesaksian pilu atas Tragedi Stadion Kanjuruhan di Kabupaten Malang, diungkapkan oleh Bintang Kurniawan Antoro (19), seorang fans Aremania, warga Dusun Krajan RT 07 RW 02, Desa Maron Wetan, Kecamatan Maron, Kabupaten Probolinggo.
Kurniawan menceritakan, pada waktu itu menyaksikan langsung ketika seorang temannya meninggal dunia dan saat ini Kurniawan mengalami patah kaki kanan dan kiri.
Korban berangkat ke Kanjuruhan Malang, bersama kedua orang temannya dan kemudian duduk di tribun 10, yaitu Rifki Dwi Yulianto (19) (korban meninggal) dan Muh Busthomi (19) (korban luka) dari desa yang sama.
Sebelum kejadian atau terjadinya tembakan gas air mata, di tribun yang ditempati bersama temannya masih tertib tanpa ada keributan atau desak-desakan penonton yang didominasi Aremania.
“Saat terjadi kericuhan, semua supporter di tribun 10 mulai bergejolak, tapi masih tenang, mereka berkoar-koar saja,” kata Antoro, Senin (17/10)
Kurniawan menambahkah, tiba-tiba kericuhan terjadi hingga akhirnya petugas melepaskan tembakan gas air mata. Semua suporter mulai bergerak untuk keluar dari stadion dengan berdesak-desakan.
“Semua berhamburan ingin menyelamatkan diri masing-masing. Saat asap tembakan gas air mata mulai menyebar, disitu terjadi desakan yang luar biasa, tidak peduli itu siapa, semua dilibas karena ingin menyelamatkan diri. Ada yang sesak nafas, ada yang terjatuh kemudian kena injak,” tambahnya.
Naas ketika mendekati tangga untuk turun, kakinya kanannya terjepit ke pagar tribun. Dengan posisi kaki terjepit, ditambah banyaknya orang yang berdesakan, disitulah dirinya berteriak karena kaki terjepit tak bisa bergerak.
“Saya juga mengalami sesak nafas hingga dua hari. Bahkan kaki saya yang patah ini akibat desakan itu, karena semua bingung ingin keluar dari stadion,” terangnya.
Dalam kondisi kericuhan tersebut, tidak mempedulikan kedua temannya karena dia harus menyelamatkan dirinya. Pada saat itu sudah berpisah dengan kedua temannya karena banyaknya suporter yang berhamburan.
“Kaki saya terjepit di pagar sedangkan tangan saya berupaya menghadang ribuan orang yang menabarak tubuh saya. Akibat banyaknya orang berdesakan, tubuh saya menjadi lemas dipicu desakan dan sempat kenak injak, sedangkan kaki posisi terjepit,” tuturnya.
Sedikitnya ada enam korban asal Kabupaten Probolinggo, yakni tiga korban meninggal dan tiga korban lagi mengalami luka-luka, salah satunya korban mengalami patang tulang. (msn/hen)
Load more