Banyuwangi, Jawa Timur - Teka-teki penyebab banjir bandang yang menghanyutkan 35 rumah di Desa Kalibaru Wetan, Kecamatan Kalibaru, Banyuwangi, terungkap. Versi warga, bencana itu diduga akibat perubahan pola tanam di kawasan perkebunan. Sehingga, ketika hujan lebat, air dengan cepat meluber, membawa material banjir.
Pengakuan warga ini bukan tanpa alasan. Selama ini, warga yang tinggal di sekitar kawasan perkebunan tersebut belum pernah dilanda banjir parah. Biasanya, hanya luapan sungai yang merendam jalan raya. Namun, ketika tanaman perkebunan berubah dari kakao ke tebu, banjir besar muncul.
Versi warga, tanaman tebu tak termasuk pepohonan yang berakar kuat. Sehingga, saat hujan lebat, air dengan mudah mengalir ke perkampungan. Kondisi ini berbeda saat lahan perkebunan ditanami pohon keras. Salah satunya, kakao.
“Kalau tanamannya keras, air masih tertahan oleh akar. Tapi, kalau tebu, airnya dengan mudah masuk ke perkampungan,” keluh korban banjir lainnya.
Pemicu banjir ini menuai respon anggota Komisi VI DPR RI, Sony T. Danaparamita. Politisi asal Banyuwangi ini meminta jajaran PTPN sebagai pengelola perkebunan memberikan atensi terkait perubahan tanaman.
“Jadi, dalam melakukan perubahan tanaman tidak membawa dampak bencana,” tegas politisi PDIP ini.
Sementara itu, Pemkab Banyuwangi memastikan akan membuat mitigasi baru agar bencana serupa tak terulang.
“Kami akan membuat jalur baru dari hulu agar tidak masuk ke sungai-sungai kecil di permukiman warga,” kata Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani usai meninjau korban banjir. (hoa/hen)
Load more