Surabaya, Jawa timur - Oknum guru Sekolah Internasional di Surabaya yang melakukan kekerasan terhadap siswa Warga Negara Asing (WNA) China telah diberhentikan dengan tidak hormat.
"Sudah di SP3 atau pemberhentian permanen per tanggal 17 November kemarin dan diberhentikan permanent sebagai staff ya. Beliaunya tidak di Elyon lagi,” ujar Kepala Sekolah Elyon Christian School (ECS), David Hendra Gunawan melalui pesan tertulis, Jumat (18/11/2022).
David menyebutkan tindakan pemberhentian merupakan langkah pendisiplinan dari sekolah sesuai dengan aturan yang berlaku.
"Pada titik kesalahan berat maka tindakan pemecatan dapat dilakukan sesuai dengan peraturan pegawai yang telah ditetapkan oleh ECS," tegasnya.
David meminta agar peristiwa ini tidak terjadi lagi di sekolah tersebut agar tercipta dunia pendidikan yang berkualitas tanpa kekerasan.
Lebih lanjut David mengatakan bahwa ECS selalu melakukan pembinaan dan pengembangan secara terstruktur untuk setiap komponen guru yang ada di sekolah.
“Guru-guru ECS juga dinilai secara periodik 6 kali per semester untuk mengevaluasi kinerja dari guru mulai dari tahapan persiapan bahan pengajaran, proses pembelajaran didalam kelas dan juga evaluasi pelaksanaan pembelajaran,” katanya.
“Hal itu secara menyeluruh untuk memastikan tujuan pendidikan secara holistik ini dapat tercapai,” pungkasnya.
Sebelumnya, seorang siswa Warga Negara Asing (WNA) diduga mengalami kekerasan dari oknum guru di Sekolah Internasional Surabaya, Elyon Christian School (ECS) di Jalan Sukomanunggal Jaya, Surabaya, Jawa Timur.
Dari Informasi yang diterima oleh tim tvOnenews, penganiayaan tersebut diduga dilakukan oleh oknum guru yang disebutkan berinisial LD pada pada Rabu (17/11/2022).
LD diduga mencubit siswa kelas 1 Sekolah Dasar (SD) hingga mengalami lebam biru dan mengakibatkan korban trauma untuk masuk sekolah.
“Korban ini dicubit oleh gurunya. Setelah dicubit, AR itu gak di bolehin pelaku bilang ke mamanya,” kata sumber tvOnenews.
Korban merupakan WNA China yang belum bisa berkomunikasi lancar dengan menggunakan bahasa Indonesia.
Hal tersebut kemungkinan membuat oknum guru terbawa emosi hingga membentak korban karena tidak bisa berkomunikasi dengan baik.
“Anaknya itu kurang paham bahasa Indonesia, mungkin itu penyebabnya. Iya sering, siswa lain cuma kena bentak aja sama dia,” katanya. (zaz/put)
Load more