Lanjut Isma, dirinya rela menghantarkan anaknya ini pulang pergi dari Bojonegoro ke Karanganyar. Dalam satu bulan, ia menempuh perjalanan selama empat kali dari Bojonegoro ke tempat latihannya. Bahkan, jika akan pentas, bisa dalam satu minggu bisa tiga sampai empat kali untuk pulang-pergi ke Karanganyar.
Lambat laun dari situ, saat ini ia mulai banyak dikenal, Isnawati menambahkan, ia bersyukur Naufal mulai sering diundang untuk mengisi acara di beberapa hotel di Bojonegoro.
Beberapa hari lalu, Naufal berkesempatan untuk mewakili dari Bojonegoro untuk tampil di Pekan Wayang Jawa Timur bersama puluhan dalang cilik dari berbagai daerah, yang digelar oleh UPT Taman Budaya Jawa Timur dan Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Timur.
“Saya akan terus mendukung anak saya ini untuk menjadi dalang. Ada rasa unik, sebab dibanding kan dengan teman-temannya tidak banyak yang ditemukan sehobi dengannya. Apalagi di Bojonegoro sini, sepertinya kok saya belum pernah tahu,” tuturnya.
Ia berharap kedepan semoga Naufal semakin sukses, dan bisa menjadikan wayang ini sebagai media dakwah. Selain itu, antara hobi dan pendidikan akademiknya tetap berimbang, dan tidak meninggalkan salah satu diantaranya.
Sementara itu, Naufal mengaku bahwa, dirinya memang bercita-cita untuk menjadi dalang. Hingga kini, ia sendiri sudah mengoleksi sebanyak 200 karakter wayang dan hampir setiap hari ia memainkannya di rumah.
“Yang paling saya sukai yaitu cerita dari Gathut Koco Jedhi, dan cerita tersebut yang saya bawa ketika tampil di Taman Budaya Jawa Timur minggu lalu,” pungkas dalang cilik Bojonegoro. (dra/gol)
Load more