Bojonegoro, Jawa Timur – Dimulai sejak lahir, kebiasaan mendengarkan lantunan lagu-lagu Jawa atau biasa disebut Gending Jawa, Alkhalifi Naufal Zulfadhli Nizam (10) sekarang dikenal sebagai dalang cilik asal Desa Sambiroto, Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.
Naufal panggilan akrabnya, saat ini masih menduduki bangku Sekolah Dasar (SD). Ia menyukai wayang sejak masih berusia sekitar 10 bulan, pada waktu itu ia masih belum bisa berjalan atau masih merangkak.
Bakat dalang putra kedua dari pasangan Puthut Wahyu Murtiawan dan Isnawati Rofiatin mengalir dari neneknya. Neneknya yang bernama Siti Wahyuni itu merupakan sinden pada era 80 an.
“Sejak lahir, neneknya sering melantunkan lagu-lagu Jawa atau gending saat menggendong Nauful. Sehingga, ketika Naufal berusia satu tahun itu sudah mulai peka terhadap gending-gending Jawa,” ungkap Isnawati yang berprofesi sebagai tenaga perawat di salah satu rumah sakit swasta di Bojonegoro.
Bahkan, lanjut Isma, ketika Naufal hendak tidur pun selalu diputarkan atau dinyanyikan gending-gending Jawa oleh kakek dan neneknya, bahkan dibuatkan wayang-wayangan dari karton untuk pengenalan karakter tokoh-tokoh pewayangan. Karena itu tidak heran, saat ini Nauful bisa menguasai cerita dan peran dari masing-masing wayang.
“Setelah itu, ketika mulai memahami pewayangan Naufal saya belikan, kemudian pada tahun 2020 lalu, Naufal saya gabungkan di salah satu sanggar tua di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah untuk mendukung ketrampilan mendalang,” ungkapnya.
Awal mula mendapatkan job sebagai dalang cilik, dimulai pada bangku Taman Kanak-Kanak (TK) diundang ke sebuah acara di salah satu hotel di Bojonegoro untuk mengisi acara sebagai dalang cilik.
Lanjut Isma, dirinya rela menghantarkan anaknya ini pulang pergi dari Bojonegoro ke Karanganyar. Dalam satu bulan, ia menempuh perjalanan selama empat kali dari Bojonegoro ke tempat latihannya. Bahkan, jika akan pentas, bisa dalam satu minggu bisa tiga sampai empat kali untuk pulang-pergi ke Karanganyar.
Lambat laun dari situ, saat ini ia mulai banyak dikenal, Isnawati menambahkan, ia bersyukur Naufal mulai sering diundang untuk mengisi acara di beberapa hotel di Bojonegoro.
Beberapa hari lalu, Naufal berkesempatan untuk mewakili dari Bojonegoro untuk tampil di Pekan Wayang Jawa Timur bersama puluhan dalang cilik dari berbagai daerah, yang digelar oleh UPT Taman Budaya Jawa Timur dan Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Timur.
“Saya akan terus mendukung anak saya ini untuk menjadi dalang. Ada rasa unik, sebab dibanding kan dengan teman-temannya tidak banyak yang ditemukan sehobi dengannya. Apalagi di Bojonegoro sini, sepertinya kok saya belum pernah tahu,” tuturnya.
Ia berharap kedepan semoga Naufal semakin sukses, dan bisa menjadikan wayang ini sebagai media dakwah. Selain itu, antara hobi dan pendidikan akademiknya tetap berimbang, dan tidak meninggalkan salah satu diantaranya.
Sementara itu, Naufal mengaku bahwa, dirinya memang bercita-cita untuk menjadi dalang. Hingga kini, ia sendiri sudah mengoleksi sebanyak 200 karakter wayang dan hampir setiap hari ia memainkannya di rumah.
“Yang paling saya sukai yaitu cerita dari Gathut Koco Jedhi, dan cerita tersebut yang saya bawa ketika tampil di Taman Budaya Jawa Timur minggu lalu,” pungkas dalang cilik Bojonegoro. (dra/gol)
Load more