Banyuwangi, Jawa Timur – Sedikitnya 12 warga Banyuwangi tewas akibat kasus Demam Berdarah Dengue (DBD). Tahun 2022, kasus DBD di kabupaten ini meningkat tajam. Total, 512 kasus naik lebih dari 500 persen dibanding tahun sebelumnya, dan tercatat kasus tertinggi di Jatim.
Lonjakan kasus DBD terbanyak terjadi di bulan Agustus 2022. Pada bulan itu mencapai 71 kasus. Salah satu penyebab melejitnya kasus DBD adalah kondisi cuaca dan lingkungan.
“ Tahun 2022, kondisi cuaca terbilang rancu. Musim panas dan hujan terjadi hampir bersamaan. Ini memicu lonjakan DBD,” kata Plt. Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi, Amir Hidayat, Selasa (20/12/2022) siang.
Musim hujan yang disertai kemarau inilah yang memicu perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti dengan pesat. Dampaknya, kasus gigitan nyamuk sangat tinggi. Apalagi, kesadaran masyarakat cenderung kurang dalam pencegahan kasus DBD. Seperti, menguras atau melakukan pembersihan air yang berpotensi menjadi sarang nyamuk.
Tingginya kasus DBD di Banyuwangi menyerang hampir di seluruh lapisan usia. Bahkan, mereka yang terjangkit DBD kebanyakan justru warga yang tinggal di kota. Penyebabnya, kondisi pemukiman yang padat dan area resapan air yang minim. Imbasnya, sering terjadi genangan air. Kondisi ini berbeda dengan kawasan desa yang banyak lahan terbuka.
“Kalau tidak ada genangan, peluang nyamuk berkembangbiak itu rendah," ujarnya.
Mencegah terulangnya kasus DBD, gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) terus digalakkan. Termasuk mengajak masyarakat melakukan pola hidup sehat. Seperti, menguras, mengubur dan membuang barang bekas yang berpotensi menjadi tumbuhnya nyamuk.
Load more