Surabaya, Jawa Timur - Pelayaran perdana kapal tol laut KM Kandaga Nusantara 12 pada trayek T30 ke arah Maluku yang dioperatori PT Luas Line dengan memboyong 54 TEUs dilepas dari pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya di tahun 2023 guna menjawab dan memenuhi harapan masyarakat di belahan Indonesia bagian timur.
Andre Mulpyana, Staf Ahli Kementerian Perhubungan mengatakan, bukti kepedulian pemerintah terhadap masyarakat khususnya di daerah 3TP menjadi konsentrasi pemerintah melalui program tol laut. Hal itu terbukti dengan adanya pertumbuhan layanan, dimana saat ini ada tambahan trayek yang tahun lalu sebanyak 33 trayek tol laut, kini bertambah menjadi 39 trayek di tahun 2023 ini.
Artinya, masyarakat sudah sangat merasakan manfaat dan peranan tol laut untuk mengangkut barang pokok dan penting ke daerah 3TP (tertinggal, terpencil, terluar, dan perbatasan).
Andre melihat, tol laut cukup responsif terhadap situasi kritikal di negeri ini dalam hal ini seperti dua hal, yaitu minyak goreng dan Ternak waktu ketika PMK membabi buta, itu tol laut banyak membantu bisa diandalkan.
“Waktu minyak goreng pertama kali kita bisa mengangkut dari belawan ke Kupang, dari Jakarta ke Papua, dari Surabaya ke Halmaherta dan sebagainya. Jadi cukup responsif terhadap situasi di negeri ini dengan tol laut,” katanya saat lakukan pelepasan KM Kandaga Nusantara 12 di pelabuhan Tanjung Perak, Selasa (17/1).
Sejak tahun lalu, diperkuat kerjasama kolaborasi lintas lembaga dan juga pengusaha sebagai pengisi muatan yang diboyong oleh kapal-kapal tol laut. Meski pada tahun lalu pasca pandemi, muatan balik masih rendah namun sudah tumbuh saat ini.
“Sesuai semangat kolaborasi khususnya di Indonesia dan global, yang kebetulan juga pada waktu kemarin digadang-gadang dibahas di G20. Mudah-mudahan kolaborasi ini semakin kuat karena tol laut, bukan hanya milik Kementerian Perhubungan maupun Kementerian Perdagangan, tetapi milik semua rakyat Indonesia,” jelas Andre.
Secara umum, lanjut Andre, pola operasi kapal tol laut telah dikerjasamakan dengan pihak perusahaan BUMN dimana ada 3 perusahaan, dan pihak swasta ada 6 perusahaan. Skema penugasan yang dipercayakan kepada BUMN itu diantaranya dipengang oleh PT Pelni, PT Djakarta Lloyd, dan juga ASDP. Sedang untuk swasta karena memang jumlah tidak bertambah masih tetap
“Secara umum 90 persen kapal negara dibawah Kementerian Perhubungan, dan sisanya adalah kapal operator itu sendiri, seperti Pelni menggunakan kapal KM Logistik Nusantara miliknya sendiri,” terangnya.
Menambahkan, Capt Pujo Kurnianto, Kepala Subdit 3 Angkutan Barang dan Tol Laut Direktorat Lalu Lintas Laut Ditjen Perhubungan Laut menjelaskan bahwa, secara keseluruhan diakui masih ada kekurangan tol laut itu untuk memenuhi kebutuhan yang diharapkan masyarakat khususnya Maluku baik kekurangan armada kapal dan kekurangan kontainer.
Secara keseluruhan pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan pelayanan tol laut dengan melakukan perubahan guna mengatasi itu, yang salah satunya dengan pola hub dan spoke agar tetap dapat melayani ditengah keterbatasan.
“Jadi kita titip container di kapal-kapal kontainer komerial seperti, Meratus, Temas yang dibawa ke daerah yang kemudian penyebaranya dilakukan kapal-kapal tol laut. Skema itu yang sekarang kita galakkan untuk mengatasi kendala di tol laut,” jelasnya.
Ada beberapa pola lagi yang mungkin kita laksanakan, lanjut Pujo, yang intinya kita berharap bahwa pelayanan tol laut di daerah 3TP tetap maksimal, dan frekuensi kedatangan kapal dan juga semakin meningkat. Sehingga, kebutuhan barang pokok dan penting di daerah 3 TP semua bisa terjamin dan tercukupi.
“Kebutuhan di daerah 3TP semakin tinggi, meski ketersediaan kontainer yang ada berjumlah seribuan lebih untuk seluruh daerah. Itu yang harus kita siasati bagaimana tetap bisa melayani saudara-saudara yang ada di 3TP,” imbuhnya.
Sedang, trayek T30 itu sendiri melayani dari Tanjung Perak - Pulau Obi – Piru – Bula – Larat – Teppa dan kembali lagi ke Surabaya. Untuk saat sekarang ada 16 TEUs ke pulau Obi, 19 TEUs ke Piru, 22 TEUs ke Bula, 7 TEUs ke Larat, dan total ada 54 kontainer yang diangkut oleh kapal Kandaga Nusantara 12.
Namun demikian, Pujo mengakui, persoalan yang dihadapi dalam program tol laut ini yaitu masalah muatan balik dari daerah. Untuk itu, diharapkan adanya dukungan dari pemerintah daerah terkait muatan baliknya.
“Kalau bisa seluruh kontainer yang ada disana, turun kontainer langsung bisa diisi muatan balik,” harapan pemerintah yang disampaikan Pujo.
Ditempat yang sama, Sailendra Saf Khusus Kementerian Perdagangan mengaku, pihaknya sudah sering mengadakan temu bisnis matching antara temen-temen di daerah.
Sailendra mengatakan, harus dimaksimalkan terkait masalah komunitasnya memang tidak sama, sehingga harus dibuatkan perencanaan yang matang oleh teman-teman daerah, kapan siklus mereka panen dari potensi yang begitu besar yang ada di daerah, seperti kopra, rempah-rempah dan lain-lain.
“Jadi ada bisnis matching yang kita lakukan untuk menumbuhkan muatan balik dari tol laut,” tegasnya.
Begitu juga Ketut Deputy Badan Pangan nasional mengatakan, tol laut adalah salah satu solusi untuk memastikan ketersediaan pasokan, khususnya di trayek T30 ini.
“Kita akan segera bertemu dengan teman-teman provinsi untuk memetakan apa produk pangan yang bisa menjadi muatan balik karena kasian juga bila muatan baliknya tol laut itu baliknya kosong,” kata Ketut.
“Oleh karena itu, sesuai arahan Presiden, Badan Pangan akan mendorong bahan pangan apa atau produk-produk apa yang bisa kita dorong, sehingga muatan balik kapal tersebut tidak kosong,” ujarnya
Sementara itu, Direktur PT Luas Line Nur Andayani mengaku tetap mampu bertahan dalam menjalankan amanah yang diterimanya dari Kementerian Perhubungan, dengan mengoperasikan dua kapal tol laut meski tantangan terbesarnya seperti diakui oleh pemerintah bahwa muatan balik menuju Jawa dikatakan masih minim.
“Bagi kami itu tantangan yang harus dihadapi, namun dengan kesungguhan dan strategi bisnis yang kami jalankan dapat melalui itu semua. Sederhana saja, kami bekerja keras mencari market dan mendatangi pedagang untuk bisa mengisi muatan balik kapal,” akuinya.
Ani mengakui, selama dua tahun mendapat kepercayaan sebagai operator tol laut bukan sebuah persoalan bila harus membicarakan muatan balik kapal
“Alhamdulillah, paling tidak kita harus banyak tahu lapangan slalu komunikasi supaya bisa manfaat maksimal. Jadi kita harus tahu arah dari trayek kapal itu, mana-mana pedagang yang ada di lima pelabuhan trayek itu untuk menginformasikan agar muat dengan kapal kita, sehingga dari mulut ke mulut mereka tahu. Bagi kita bukan persoalan,” pungkasnya. (zaz/gol)
Load more