Surabaya, tvOnenews.com – Alunan musik kecapi khas Tionghoa mengalun syahdu di perkampungan Dukuh saat tahun baru Imlek, Minggu (22/1).
Warga di kampung multi etnis tersebut, berbaur dan disatukan oleh Klenteng Hong Teik Hian yang konon dibangun oleh pasukan tar-tar di zaman Khu Bilai Khan di awal kerajaan Majapahit berdiri, sekitar abad 12 masehi.
Uniknya, di klenteng ini seluruh warga dari beragam etnis berbaur berkumpul di klenteng untuk merayakan tahun baru Imlek.
“Disini, di Kampung Dukuh, kita berbaur satu sama lain. Saya muslim dan saya lahir dari keluarga Jawa, namun saya tinggal dan besar disekitar kampung Dukuh yang mayoritas adalah etnis Tionghoa,” tutur Mujiono, salah satu warga Dukuh.
Mujiono kecil tumbuh dan besar di sekitar Klenteng Hong Tiek Hian, akulturasi budaya peranakan yang ada di sekitar lingkungannya, membuat dia dan banyak anak dari etnik Jawa dan Madura belajar budaya Tionghoa.
“Mulanya kita dulu senang melihat atraksi barongsai dan liang liong hingga pertunjukan wayang potehi, lama-lama kita ingin belajar dan akhirnya katerusan. Hingga kami sekarang menjadi bagian dari klenteng ini, ada yang main musik kecapi ada yang ndalang hingga ada yang bisa atraksi barongsai,” kenang Mujiono.
Letaknya yang berada di jalan dukuh membuat masyarakat sekitar mengenal klenteng ini dengan sebutan Klenteng Dukuh.
Pada malam pergantian tahun baru Imlek, warga etnis Tionghoa di Surabaya akan datang kesini memanjatkan untuk memanjatkan doa, sementara etnis lain seperti Jawa dan Madura membantu jalanya upacara doa dengan mengatur jalan raya maupun ikut bermain musik kecapi.
“Semua yang ada di klenteng ini berbaur satu sama lain, bahkan yang sudah sukses pun setiap Imlek akan pulang kesini membantu pengurus klenteng dalam menyiapkan ibadah malam tahun baru,” kata Mujiono.
Sementara itu Ong Khing Kiong, ketua Klenteng Hong Tiek Hian menuturkan jika pada hari-hari besar seperti saat Imlek, Klenteng Hong Tiek Hian ramai dikunjungi warga penganut Tridarma yakni Buddha, Kong Hu Cu dan Tao untuk beribadah.
Selain itu, klenteng ini juga sering dijadikan sebagai sarana untuk pertunjukan wayang potehi yang menarik perhatian bagi warga sekitar klenteng bahkan turis asing.
“Bersamaan dengan dihapusnha PPKM oleh pemerintah Jemaat yang datang untuk beribadah terus bertambah, namun meski pelaksanaan PPKM telah resmi dihentikan oleh Presiden Joko Widodo, di klenteng ini pelaksanaan prokes tetap dilakukan,” tutur Ong.
Klenteng Hong Tiek Hian menjadi salah satu bagian dari komplek wisata kuliner pecinan Kya kya yang dikelola pemerintah Kota Surabaya. Klenteng ini merupakan bagian dari destinasi wisata heritage yang banyak dikunjungi para turis wisatawan lokal maupun asing.
“Kami berharap di tahun kelinci air ini peruntungan lebih baik, sehingga aktifitas kelenteng bisa kembali normal banyak jamaat bisa beribadah, dan wisatawan kembali berkunjung memajukan ekonomi masarakat di kampung Dukuh,” pungkasnya. (zaz/gol)
Load more