Lumajang, Jawa Timur – Curah hujan yang kembali meningkat dalam sepekan terakhir, dan masih tingginya aktivitas vulkanik Gunung Semeru (3676 Mdpl) di Kabupaten Lumajang, menimbulkan potensi ancaman yang tinggi, baik banjir lahar dingin maupun panas, serta Awan Panas Guguran (APG) susulan.
Hal itu disampaikan Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Lumajang Patria Dwi Hastiadi, saat melakukan pemantauan di jalur penyebrangan Curah Kobokan, Desa Supit Urang, Kecamatan Pronojiwo, Kamis (9/2).
“Lebih dari seminggu ini, cuaca cukup fluktuatif dan terkadang terjadi hujan dengan intensitas lebat dan cenderung ekstrim. Untuk itu, kami terus menghimbau kepada masyarakat untuk selalu waspada dan hati-hati terhadap potensi ancaman bahaya yang disebabkan oleh faktor cuaca buruk,” kata Patria.
“Saat ini Gunung Semeru masih berstatus siaga, apabila nanti didukung oleh curah hujan yang tinggi, nanti akan menimbulkan potensi kerawanan bahaya baik banjir lahar dingin maupun panas hingga awan panas guguran,” imbuhnya.
Untuk itu, pihaknya tak henti-hentinya memberikan peringatan maupun sosialisai kepada warga, terutama informasi terbaru terkait perkembangan aktivitas Gunung Semeru, dengan harapan agar dipatuhi oleh warga terutama para penambang pasir yang beraktifitas di sepanjang aliran sungai yang berhulu di Gunung Semeru.
“Dalam kondisi seperti ini, kami terus menghimbau kepada warga agar selalu waspada dan berhati-hati saat beraktivitas. Terutama para warga yang melintas di jalur penyebrangan Curah Kobokan maupun para penamabang pasir,” jelasnya.
Sementara itu, dari hasil pantauan tim tvonenews.com di lapangan, terlihat para penambang pasir tetap beraktivitas di sekitar aliran Sungai Lanang maupun Curah Kobokan. Alasan pemenuhan ekonomi dan kebutuhan hidup, menjadi alasan utama para penambang pasir untuk tetap beraktivitas, meski ancaman banjir lahar maupun awan panas guguran mengintai.
“Mau kerja apalagi kalau gak nambang. Ini pekerjaan kami satu-satunya untuk memenuhi kebutuhan hidup,” kata Misman.
Para penambang mengaku akan tetap berhati-hati saat beraktivitas guna menghindari jatuhnya korban. Di samping itu, mereka juga mengandalkan tanda-tanda alam, di samping peringatan dari petugas jika sewaktu-waktu cuaca buruk terjadi di sekitaran Gunung Semeru.
“Biasanya petugas memberikan informasi kalau ada getaran banjir, di samping itu kami juga mengandalkan tanda-tanda alam. Kalau sudah mendung apalagi hujan, kami langsung hentikan aktivitas. Apalagi akhir-akhir ini sering hujan, otomatis kami juga harus semakin waspada dan siaga,” pungkasnya. (wso/hen)
Load more