Jawa Timur, tvOnenews.com - Banyaknya anak menderita diabetes yang akhir-akhir ini ramai diberitakan, membuat orangtua khawatir. Apalagi jika orangtua memiliki riwayat diabetes juga. Perasaan cemas tentu menghantui para orangtua.
Karena itu, orangtua dituntut harus waspada dengan fenomena ini.
Pelajaran berharga bisa diambil dari pengalaman seorang ibu di Surabaya Timur. Sebut saja anama Chaca. Wanita beruisa 38 tahun ini awalanya tak menyangka jika buah hatinya, sebut saja Yudhi, didiagnosa menderita diabetes tipe 1.
Ia baru menyadari setelah hasil medis memastikannya, apalagi dengan gejala-gejala penderita diabetes pada anak.
“Anak saya yang masih berusia 9 tahun ini awalnya sering ngompol. Saya pikir hal ini biasa. Mungkin wajar karena masih anak-anak. Namun belakangan dia sering ke kamar mandi untuk pipis, selain itu dia mudah haus,” ungkapnya.
Hal tersebut membuat Chaca khawatir jika ada sesuatu yang terjadi pada anaknya. Kekhawatiran semakin menjadi, mengetahui bobot sang anak terus menurun. Padahal menurut penuturanya sang anak makan dengan baik seperti biasanya.
Melihat ketidakwajaran membuat dirinya memeriksakan kondisi kesehatan si buah hati.
“Setelah diperiksa oleh dokter dengan menjalani tes urine dan tes gula darah, saya betul betul kaget dan tak percaya, kalau anak saya mengidap diabetes tipe satu. Saya sempat shock. Saya jadi merasa bersalah sendiri. Mungkinkah saya salah merawat dan memberi makanan pada anak,” ucap Chaca.
Menurut dokter penyakit yang dialami Yudhi ini bukan hanya karena pola makan yang keliru, melainkan ada juga faktor genetik dalam keluarga yang jadi penyebab diabetes.
Chaca pun sadar jika orangtuanya dan adiknya adalah menderita diabetes.
“Saya pun menerima kenyataan ini. Saya tidak bisa berpaling anak saya mengidap diabetes. Namun saya harus melakukan sesuatu agar anak saya tidak menderita. Saya kasihan melihatnya,” ceritanya lirih.
Kini, Yudhi sebelum makan harus mendapatkan suntik insuli dan mengonsumsi vitamin D sesuai dengan petunjuk dokter.
Dia sering mengecek kadar gula darah anak tercintanya dengan rutin dan benar-benar memperhatikan pola makannya setiap hari.
“Pada awal-awalnya memang terasa berat, namun seiring berjalannya waktu semuanya sudah terbiasa dalam merawat anak yang mengidap diabetes."
"Makanan dan minumannya dipantau teratur, yang penting tahu kandungan karbohidratnya. Tak lupa untuk suntik insulin agar kadar gula darahnya stabil," jelasnya.
Chaca mengatakan jika kadar gula darah tinggi atau hiperglikemia, Yudhi mudah haus, sering buang air kecil dan gampang mengantuk.
Sebaliknya, apabila mengalami gula darah terlalu rendah atau hipoglikemia, anaknya tampak mudah lelah dan sering mengeluarkan keringat dingin.
"Meski saya merawat anak sendiri, namun saya juga harus memeriksakan ke dokter agar mengetahui kondisi kesehatannya,” ungkapnya.
Walaupun menderita diabetes, sebagai orangtua Chaca tidak membatasi ruang gerak anaknya. Ia membebaskan Yudhi bermain namun masih dalam pantauan dan pengawasannya, temasuk saat bermain dengan kawan-kawannya.
“Belum lama ini saya dan keluarga merasa senang karena kondisi Yudhi terus membaik. Pengobatan yang awalnya menggunakan suntik insulin, kini beralih dengan pemasangan insulin pumpm. Peralatan ini cukup memudahkan saya dalam merawatnya. Yudhi juga menjadi tambah senang lantaran tak lagi merasakan sakit saat disuntik," jelasnya.
Chaca juga memberikan pesan kepada para orangtua dalam merawat anak pengidap diabetes.
“Pesan saya kepada semua orangtua yang anaknya mengidap diabetes, jangan pernah lelah memantau pola makannnya, menjaga dan merawat kondisi kesehatannya dengan mengecek gula darah, mengenal kebiasaan anak jika gula darah naik atau turun sehingga kita bisa menanganinya. Kita para orangtua harus tetap sabar dan menerima semuanya dengan baik,” pungkasnya. (msi/ree)
Load more