Sikka, tvOnenews - Kebutuhan akan air bersih masih menjadi kendala dan barang langka bagi warga Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, khususnya warga dusun Natarita, Desa Darat Gunung, Kecamatan Talibura.
"ini sumber air satu-satunya di wilayah kami. Untuk mencapai lokasi ini, kami harus berjalan kaki sejauh 2 km menuruni lembah," ungkap Hilaria Paulina Gekaj (35) kepada tvonenews, Rabu (07/06/2023) pagi.
Betapa tidak, untuk mendapatkan air minum untuk kebutuhan sehari-hari seperti minum dan memasak, warga dan juga anak sekolah terpaksa berjalan kaki menuruni lembah dan curam sejauh 2 kilometer dari pemukiman menunju satu-satunya sumber mata air yang yang ada di lereng bukit.
Dikatakan Paulina, saat di lokasi sumber air, warga pun harus antrian berjam-jam, bahkan hingga malam hari. Pasalnya, sumber mata air yang berbentuk kubangan kecil tersebut memiliki debit air yang sangat kecil. Selain itu, kondisi air pun berkeruh, kotor dan bercampur tanah.
Foto : anak sekolah mengambil air keruh di sumber air satu-satunya
"Meskipun kotor, kami harus ambil air ini karena tidak ada mata air lain lagi di dusun kami. Dan kami pun harus antri berjam-jam, bahkan hingga malam hari. Nanti pulang sampe rumah baru kami saring lagi airnya," katanya.
Menurut Paulina, kesulitan air bersih ini juga dipicu dengan adanya kerusakan jaringan air bersih kondisi ini yang dibangun pemerintah menggunakan APBD Perubahan Dana Pinjaman Daerah tahun 2021 senilai Rp871. 888.157,64 ( Delapan ratus tujuh puluh satu juta, delapan ratus delapan puluh delapan ribu seratus lima puluh tujuh rupiah) yang dikerjakan oleh CV. Krisan sering mengalami kerusakan dan diduga bermasalah.
"Pak disini memang ada jaringan air bersih, namun rusak. Padahal baru dikerjakan tahun 2021 lalu. Makanya mau tidak mau kami harus jalan kaki turun gunung untuk dapatkan air " terang Paulina.
Kondisi kesulitan air bersih di dusun ini, tidak saja dirasakan warga umumnya. Namun anak-anak sekolah merasakan dampak dari kesulitan air bersih ini.
Seperti yang dialami Agnesia Nona Yulin, Siswa kelas 3, SDN Natarrita. Berapa tidak, setiap pagi sebelum ke sekolah, harus berjalan kaki untuk mengambil air dari kubangan ini agar bisa digunakan untuk mandi agar bisa ke sekolah.
"Saya setiap pagi sebelum ke sekolah mesti datang ambil air ini untuk mandi. Karena jalan jauh, maka saya sering terlambat ke sekolah," kisah Nona Yulin.
Nona Yulin dan warga lainnya berharap, pemerintah bisa memperbaiki dan membangun kembali jaringan air bersih yang ada, sehingga tidak lagi mengalami krisis air bersih. (ofk/ask)
Load more