Samarinda, tvOnenews.com - Dokter gadungan Susanto (31) juga berhasil meninggalkan rekam jejak menjadi dokter di dua rumah sakit di Sangatta, Kutai Timur, Kalimantan Timur, yaitu RS Medika Sangatta dan RS Prima Sangatta di 2011 selama enam bulan sebagai dokter internis dan dokter penyakit dalam.
"Aksinya berawal dari memalsukan identitas diri milik dr. Eko Adhi Pangasta dengan mengganti foto dirinya untuk menipu dua Rumah Sakit di Sangatta dan juga praktek di Rumah Sakit lainnya," ungkap Direktur utama Rumah Sakit SOHC Sangatta, Ucei Prasetyo.
Ucei, sapaanya mengatakan keterbatasan akses rumah sakit pada tahun 2011 untuk mengkroscek data seorang pelamar menjadi kendala karena Sangatta merupakan daerah pelosok.
"Saat itu kami cek di kedokteran Indonesia ijazah terus STR, nomornya, namanya ada tapi fotonya dipalsukan, kami kroscek di website kedokteran Indonesia mekanisme yang ada hanya nama tidak ada fotonya jadi kami cek ya memang bener itu dokter ijazahnya bener itu ada," kata Ucei Prasetyo.
Penipuan yang dilakukan Susanto pun terungkap ketika teman dari dr. Eko yaitu dr. Yuli mengetahui ada seseorang yang menggunakan data temannya di Rumah Sakit Sangatta padahal dr. Eko menjadi dosen di UNDIP.
"Kecurigaan kasusnya terungkap setelah temannya dr. Eko melakukan perjalanan ke Tenggarong, setelah itu melakukan komunikasi dengan dokter spesialis lainnya, menghubungi kedokter yang asli dan langsung membuat laporan ke Polda Kaltim tentu berkerjasama dengan IDI, baru Polres Kutim bergerak untuk menangkap Susanto," ungkapnya.
Ucei mengungkapkan Susanto sudah empat kali masuk penjara dengan menipu puluhan rumah sakit di Indonesia dengan modus yang sama.
"Setau saya kami dulu adalah rumah sakit ke tujuh yang kena tipu dan ke delapan terus saya ikuti perkembangannya, setelah keluar dari penjara ia juga jadi dokter spesialis di Bogor terus dipenjara lagi, terus di PHC mungkin ke 9 atau ke 10, yang mungkin akan dipenjara ke empat kalinya," katanya.
Dengan kasus ini, Ucei berharap tidak ada lagi rumah sakit ataupun klinik lain yang menjadi korban penipuan Susanto maupun orang lain dan bisa menjadi perhatian lebih dari IDI untuk bekerjasama melakukan pengawasan.
"Harapan saya dulu waktu terjadi ditempat kami semoga itu terakhir kalinya terjadi ternyata itu bukan terakhir kalinya, dia sudah dipenjara kedua semoga itu tidak menimpa Rumah Sakit atau klinik manapun. Ternyata orang yang sama melakukan pemalsuan ya dokter gadungan itu lagi itu lagi, nah saya berpikir ini ada sistem yang lubang," ucapnya. (aan/frd)
Load more