Sikka, Nusa Tenggara Timur - Liburan sekolah biasanya diisi dengan berkunjung ke tempat wisata atau menikmati aneka permainan bagi kebanyakan anak-anak usia sekolah dasar. Namun tidak demikian bagi Angelus Nong Alvin, bocah yang kini naik ke kelas 4 SDK Delang, Kecamatan Nelle, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur.
Betapa tidak, mengisi waktu liburan sekolah, Alvin demikian panggilan keseharian bocah yang berusia 10 tahun ini, malah memilih beraktivitas layaknya orang dewasa.
Setiap pagi dan petang hari, Alvin yang tinggal di gubuk sederhana dalam kebun bersama kakek Yakobus Idong (61) dan nenek Katarina Tensia (59) di kampung Ili Geteng, Kelurahan Beru, Kecamatan Alok Timur ini, memilih beraktivitas memanjat 13 pohon lontar untuk menyerap nira.
Saat disambangi tvonenews.com, Rabu (06/7/2022) pagi, bocah yang ditinggal pergi kedua orang tua ke tanah Papua untuk mengadu nasib, tengah mengasah pisau yang akan digunakan sebagai alat pengiris.
Foto : Alvin memanjat pohon Lontar membantu sang Kakek
Usai mengasah sebilah pisau, dengan langkah gontai lantaran baru bangun tidur bersama sang adik, Alvin pun menuju salah satu pohon lontar yang tak jauh dari pondok kediaman mereka.
Dengan cekatan, bocah yang bercita-cita ingin menjadi anggota TNI ini pun langsung memanjat pohon pertama untuk menyerap nira.
Setelah pohon pertama, bocah kelahiran 27 Januari 2020 ini pun turun dan langsung kembali memanjat pohon yang lain dengan ketinggian sekitar 8 meter.
"Saya isi masa liburan dengan memanjat 13 pohon lontar guna menyerap nira setiap pagi dan sore ini untuk membantu kakek dan nenek agar bisa mendapatkan uang," ungkap Alvin kepada tvOnenews.com usai memanjat pohon lontar.
Alvin menuturkan, pekerjaan memanjat pohon lontar ini, tidak hanya dilakukan saat masa liburan sekolah seperti saat ini, namun sudah dilakukan sejak berada di bangku kelas 2 SD dengan senang hati.
"Tidak hanya saat libur ini om, tapi setiap pulang sekolah sejak kelas dua SD, saya panjat pohon lontar om," tutur Alvin.
Tidak sampai disitu saja, setelah selesai memanjat belasan pohon lontar, Alvin pun kembali ke pondok untuk menyiapkan sarapan pagi berupa dua gelas air panas untuk diminum bersama sang adik Martinus Nong Anjelo (7) dan Fransisko Lorenso (4).
Yakobus Idong, kakek bocah pemanjat pohon mengatakan, setiap hari dirinya bersama sang cucu memanjat pohon lontar. Dari puluhan pohon lontar yang ada, Alvin memanjat 13 pohon dan sisanya dilakukannya. Dan dari hasil memanjat pohon lontar, Alvin berhasil mengumpulkan 40 liter nira yang selanjutnya diolah menjadi minuman tradisional (moke) sebanyak 5 liter dan biasanya di jual ke pasar dengan harga Rp200.000,-.
"Setiap hari kami berdua memanjat pohon lontar untuk menyerap nira. Dan hasilnya tidak saja untuk kebutuah hidup, namun juga untuk membiayai sekolahnya dan juga biaya kuliah pamannya," tuturnya.
Menurut Yokobus Idong, aksi panjat pohon lontar yang dilakukan Alvin berawal ketika saat masih kecil, melihat tetangga yang sering memanjat pohon untuk menyedap nira.
"Saya sering melarang cucu saya untuk tidak lagi memanjat pohon lontar, apalagi usianya masih anak-anak. Namun drinya punya kemauan keras untuk memanjat. Dan saya pun selalu mengawasinya agar aman saat panjat hingga turun pohon dari pohon lontar ini," terangnya. (ofk/Ask)
Load more