Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah - Seorang warga bernama Iwan, yang berasal dari Desa Patai, Kecamatan Cempaga, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), diduga telah menjadi korban Human Trafficking atau perdagangan orang, oleh sebuah jaringan mafia TKI illegal di kota Pontianak, Kalimantan Barat.
“Iya memang benar saudara kami bernama Iwan kabarnya saat ini berada di Malaysia. Dan menurut pengakuannya, ia dibawa secara paksa kesana," ujar saudara korban bernama Apung, Senin (21/11/2022).
Diceritakannya, keberangkatan saudaranya kesana berawal saat saudaranya tersebut diajak kerja oleh kawannya, disebuah rumah makan di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, dengan iming-iming gaji sebesar Rp.4 juta perbulan.
Saudaranya itu rupanya langsung tertarik dengan tawaran itu, dan tidak lama kemudian ia pun berpamitan dengan keluarga hendak berangkat bekerja ke kota Pontianak bersama temannya yang mengajaknya tersebut.
"Mereka yang berangkat jumlahnya ada sekitar 6 orang, termasuk temannya yang mengajak Iwan bekerja ke Pontianak. Mereka berangkat menggunakan sebuah mobil travel," kata Apung.
Sesampainya di kota Pontianak, mereka langsung dijemput dengan sebuah mobil oleh seseorang pria yang sudah menunggu kedatangan mobil travel yang ditumpangi Iwan dan kawan-kawan.
"Ternyata saudara saya dan kawan-kawannya itu tidak diantar ke rumah makan tempat mereka dijanjikan bekerja, tapi malah masuk ke dalam hutan," cerita Apung.
Dari dalam hutan ini, sambung Apung, mereka lalu dibawa menyeberang ke Malaysia melalui jalur illegal yang biasa dipakai oleh para penyelundup menyelundupkan barang atau orang atau yang biasa disebut jalur tikus. Apung juga menjelaskan bahwa pihak keluarga mengetahui bahwa iwan sedang berada di malaysia ketika salah seorang keluarga mendapat telpon dari saudaranya itu.
"Iwan saat itu menelpon keluarga mengabarkan bahwa ia berada di Malaysia. Sepertinya teleponan itu dilakukan secara sembunyi-sembunyi dengan menggunakan saluran wifii,' ungkapnya.
Saat menelpon, sudaranya itu sempat bercerita jika mereka dipaksa bekerja disebuah bengkel atau workshop. Mereka berenam sebenarnya sudah berpikiran untuk melarikan diri, tetapi mereka takut.
“Mereka disana katanya dijaga oleh sekelompok preman, sehingga mereka tidak berani untuk melarikan diri,” kata Apung lagi.
Atas kejadian ini, Ia mengharapkan kepada Pemerintah RI dan pemerintah Daerah untuk segera membantu memulangan saudaranya itu, agar bisa kembali kumpul bersama keluarganya.
“Kami harap pihak terkait bisa menyelesaikan masalah ini, agar keluarga kami bisa pulang dengan selamat,” pintanya.
(dsi/asm)
Load more