Parepare, tvOnenews.com - Walau sudah mulai difungsikan terbatas, jalur rel kereta api pertama di Sulawesi yaitu jalur kereta api Makassar-Parepare belum seratus persen terbangun. Dua daerah yaitu Makassar dan Parepare belum tersentuh karena adanya masalah perubahan jalur khususnya di kota Parepare yang berkontur perbukitan. Titik lokasi pembebasan lahan untuk jalur kereta api rute Makassar-Parepare berubah. Hal itu setelah dilakukan pengkajian dan anisis terkait anggaran yang dinilai akan lebih boros ketika plan awal jalur lurus ke Parepare dipaksakan.
"Inilah yang kemudian menjadi pertimbangan, sehingga plan awal pembebasan lahan kereta api di Parepare dibatalkan, dan hingga kini belum ditetapkan kembali. Selain butuh penetapan kebijakan gubernur, juga harus lakukan pengkajian ulang," ujar Analis Kebijakan Utama Badan Kebijakan Transportasi Badan Kebijakan Transportasi (Baketrans) Umar Aris, disela sosialisasi kebijakan dan strategi pengembangan perkeretaapian jalur Makassar-Parepare, dalam mendukung pariwisata khususnya Sulsel, yang digelar Baketrans bersama Komisi V DPR-RI, di Hotel Bukit Kenari Parepare, Rabu (11/5/2023).
Umar Aris mengemukakan, pembangunan rel kereta api belum dilakukan hingga ke Parepare karena masih adanya kendala teknis. Salah satunya, karena kontur biografis atau garis imajiner Parepare yang didominasi pegunungan.
"Kalau kita mempertahankan jalur kereta api itu lurus, maka harus dilakukan pembangunan terowongan, dan setidaknya tiga setengah kilometer. Itu membutuhkan anggaran hingga dua triliun rupiah," jelasnya.
Umar menjabarkan, ada tiga alternatif tehnologi konstruksi perkeretaapian yang diterapkan, diantaranya, underground (terowongan bawah tanah), at grade (rel yang menempel di tanah), dan Fly over. Namun, ketiganya memiliki konsekuensi anggaran.
Dia mencontohkan, biaya rel kereta api terowongan bawah tanah, sepuluh kali lipat dari biaya rel kereta api sistem at grade. Jika pembangunan rel yang menempel di tanah menelan anggaran hingga Rp50 miliar, maka biaya untuk rel terowongan bawah tanah menembus angka Rp2 triliun hanya untuk terowongan sepanjang tiga kilometer.
Terkait itu, kata Umar lagi, perlu dilakukan review dengan meminta pendapat, mana yang secara ekonomis, efektif dan efesian untuk dilakukan. Jika tetap menggunakan plan yang lama, dipastiman ada konsekuensi biaya yang sangat besar tapi tidak ada dampak ekonomi sama sekali.
Load more