Kotawaringin Timur, tvOnenews.com - Sejak maraknya terjadi kebakaran hutan dan lahan akibat kemarau panjang yang melanda Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah, hingga saat ini diperkirakan lebih dari 500 hektar hutan dan lahan gambut yang terbakar. Hal ini akhirnya berimbas pada kualitas udara sampit yang dinyatakan tidak sehat.
"Kejadian karhutla kali ini adalah yang semenjak tahun 2019 lalu. Faktor utama penyebabnya adalah akibat kemarau panjang yang melanda Kotim," terang Kepala BPBD, Multazam K. Anwar, Kamis (31/8/2023).
Berdasarkan data dari pusat pengendalian operasi (pusdalops) karhutla BPBD, hingga hari ini, wilayah terparah yang mengalami karhutla adalah 2 kecamatan sekitar perkotaan, yaitu Kecamatan Mentawa Baru Ketapang dan Kecamatan Baamang.
Untuk karhutla diwilayah kecamatan MB. Ketapang, area yang terbakar mencapai 262,285 hektar. Sedangkan karhutla di Kecamatan Baamang, luas area yang terbakar mencapai 95,602 hektar. Kemudian Kecamatan Kotabesi seluas 62,125 hektar.
"Kebakaran rata-rata terjadi di daerah tengah dan selatan, untuk wilayah utara hanya terjadi di kecamatan Parenggean, dengan luas yang terbakar mencapai 24,95 hektar," terangnya.
Tingginya tingkat kekeringan akibat kemarau panjang yang melanda wilayah Kotim, adalah faktor utama yang menjadi penyebab terjadinya karhutla menjadi cukup sulit untuk diatasi. Hal ini dikarenakan sumber air semakin sulit diperoleh disekitar lokasi lahan yang terbakar.
Selain itu, faktor personil dan peralatan yang serba terbatas, juga menjadi kendala yang turut mempengaruhi upaya pemadaman, sehingga dari 136 kali kejadian karhutla semenjak ditetapkannya status siaga bencana karhutla, yang mampu ditangani BPBD sekitar 120 kejadian.
Load more