Kendari, tvOnenews.com - Badan Penanggulanan Bencana Daerah (BPBD) Kendari mencatat ada 715 rumah warga yang terendam saat banjir bandang melanda Kota kendari, Sulawesi Tenggara, Kamis (7/3/2024) kemarin.
Menurut BPBD banjir itu dipicu akibat tingginya intensitas hujan yang turun selama berjam-jam yang bersamaan dengan air laut pasang serta akibat luapan kali Lasolo sehingga drainase tidak dapat menampung debit air.
Lewat keterangan tertulisnya, Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari mengatakan wilayah terdampak meliputi 11 kelurahan di 6 Kecamatan. Diantaranya Kelurahan Lahundape di Kecamatan Kendari Barat, Kelurahan Korumba di Kecamatan Mandonga, Kelurahan Punggolaka di Kecamatan Puuwatu, kelurahan Kadia, Bende, Pondabea, Kelurahan Anaiwoi di Kecamatan Kadia, Kelurahan Anawai, Wua-wua, Bonggoeya di Kecamatan Wua-wua dan Kelurahan Anggoeya di Kecamatan Poasia.
Dampak banjir yang paling parah terjadi di Kampung Salo, Kecamatan Kendari Barat, dan di daerah Lorong Lasolo.
Abdul Muhari bilang banjir itu menyebabkan 715 rumah terdampak bahkan satu orang meninggal dunia.
"Ada 715 rumah terkena banjir dan 1 Jiwa MD, sedangkan kerugian materil akibat dari peristiwa itu capai ratusan juta," katanya, Jumat (8/3/2024).
Sebagai bentuk upaya penanganan banjir, BPBD Kota Kendari telah berkoordinasi dengan pemerintahan setempat untuk melakukan pendataan serta pembersihan rumah warga yang tergenang air dan lumpur.
Beberapa warga kembali ke rumah mereka dengan melewati jalanan berlumpur seusai banjir Kendari.
Sementara itu, Kasi Losgistik BPBD Kendari membeberkan saat ini kondisi banjir sudah surut namun ada beberapa warga yang masih mengungsi di rumah kerabat.
"Kini BPBD bersama dinas sosial tengah mendirikan dapur umum di Kelurahan Sanua dan Kampung Salo yang merupakan wilayah terparah yang terkena dampak banjir," kata Dedi.
Dedi juga menjelaskan antisipasi banjir sebenarnya telah dilakukan oleh tim gabungan dengan membersihkan drainase secara rutin, namun besar luapan air dan terjadinya air laut pasang membuat air tidak bisa mengalir ke laut.
Warga bekerjasama membersihkan kayu-kayu dan alat rumah tangg yang terseret banjir.
"Kendala penanganan banjir ini lebih pada jumlah personil yang kurang karena luasnya lokasi banjir, serta lokasi banjir sulit dijangkau, akses yang kecil dan jalan berbuki-bukit," ungkapnya.
Olehnya itu, BNPB mengimbau kepada pemerintah daerah dan masyarakat untuk lebih meningkatkan kesiapsiagaan mengantisipasi kejadian banjir serupa, dengan menjaga lingkungan, dan membuat alternatif serapan air. (emr/frd)
Load more