Keluarga korban berharap agar kasus ini dapat diselidiki secara mendalam dan menjadi bahan evaluasi bagi rumah sakit untuk memperbaiki sistem pelayanan dan administrasi mereka.
Keluarga Natalia, yang terdiri dari Ronaldo Pauranan (42) dan Henni Dg Ngai (42), meminta agar rumah sakit dan pihak terkait melakukan perbaikan signifikan dalam pelayanan medis dan administrasi untuk mencegah terjadinya kasus serupa di masa depan. Mereka juga berharap agar kejadian ini menjadi perhatian serius bagi otoritas kesehatan dan memberikan dorongan untuk reformasi dalam sistem kesehatan lokal.
Sementara itu, pihak rumah sakit angkat bicara terkait kematian Natalia Maskurain Pauranan yang viral belakangan ini.
PLT Dirut Rumah Sakit syekh Yusuf Kabupaten Gowa, Dr. Ummu Salamah, mengungkap jika penangan yang diberikan oleh rumah sakit susah sesuai prosedur tindakan.
"Jadi di perawat itu sempat mamang tidak lancar infus nya, ada pembengkakan pada tanga bayi sehingga diputuskan untuk mencari di area lain untuk pemasangan infus kembali," kata Dr. Ummu Salamah.
"Setelah dilakukan usaha beberapa kali karena kondisi pasien yang sudah hipopolemik disebabkan karena demamnya dan kemudian kondisi penyakitnya sendiri akhirnya menyusahkan petugas untuk melakukan pemasangan infus," sambungnya.
Sampai ke esokan harinya, setelah kembali dilakukan untuk pemasangan infus, petugas kembali kesulitan sehingga diambil langkah untuk pembedahan Vena seksi.
"Karena masih kondisi yang sama, maka dokter memutuskan untuk konsul ke bedah untuk dilakukan Vena seksi. Dimana Vena seksi itu lansung memasukkan kateter ke intravenanya dengan tindakan Vena seksi,Vena seksi itu membuka jaringan supaya venanya lansung di temukan di bagian kaki," jelasnya.
Load more