Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan - Darmawan (31), dan Muna (18) kini telah berada di rumahnya di Desa Pude, Kecamatan Kajuara, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.
Keduanya masih menyisakan rasa trauma setelah berhari-hari mengapung di laut lepas pasca kapal yang ditumpanginya tenggelam.
Saat disambangi tvonenews.com, Salasa (1/2/2022), Darmawan selaku nahkoda mengungkap bahwa kapalnya tenggelam setelah dihantam angin kencang pada Senin malam (24/1/2022) sekira pukul 23.00 Wita pekan lalu.
"Awalnya kami mau berlindung di Pulau Kayuadi karena cuaca kurang baik, saat saya hendak memasang layar di depan, tiba-tiba kapal saya terbalik setelah dihantam angin kencang," kata Dermawan.
Saat kapal terbalik, Darmawan bersama ABKnya masih berpegangan dan berusaha membalikkan badan kapal mereka.
"Kapal sempat terbalik kembali. Namun hitungan menit, kapal mulai tenggelam dan saat itu saya melompati gabus yang ada dibagian belakang kapal sebagai pelampung," terangnya.
Hal yang sama juga dialami Muna dan seorang ABK lainnya bernama Ardian Aslan (37) asal Kabupaten Sinjai, yang sebelumnya ditemukan selamat.
Muna mengapung dengan memanfaatkan bambu, sedangkan Ardian Arlan mengapung menggunakan papan dari kapalnya. Masing-masing menyelamatkan diri di tengah gelap gulita.
"Seingat saya saat peristiwa terjadi, dua ABK lainnya yang belum ditemukan bernama Ari Jaya (18) dan Ahong (18) berada dalam kamar kapal," kenangnya.
Dermawan mengungkapkan, setelah kapalnya tenggelam, ia tak langsung meninggalkan lokasi kejadian. Dirinya justru berteriak-teriak sambil mencari keempat ABK lainnya yang sudah terpisah dengannya.
"Hari berikutnya saya baru tinggalkan lokasi tenggelamnya kapal mengikuti arah angin dan gelombang. Tidak jauh dari lokasi saya bertemu dengan Muna yang hanya mengapung dengan menggunakan bambu dan mengajaknya satu pelampung gabus," kenang Darmawan.
Selama mengapung 4 hari di atas gabus, Darmawan mengaku angin begitu kencang, dan sesekali gelombang masih tinggi. Bahkan, beberapa kali dirinya terjatuh terhempas gelombang tinggi dari gabus tersebut. Namun tetap berusaha meraih gabus berukuran 1x2 meter itu hingga kembali dijadikan pelampung.
"Selama mengapung-apung di tengah laut, kami terus berdoa dan berfikir akan selamat. Saya sempatkan salat di atas gabus. Untuk mengisi perut yang lapar, kami tangkap ikan kecil dan keringkan lalu di makan mentah," ungkap Darmawan sambil memperlihatkan belakang tubuh Muna yang melepuh akibat panas matahari sebab saat melompat dari kapal dan mengapung di laut, Muna tidak sempat mengenakan baju.
Beruntung, pada Jumat pagi (28/1/2022) sekira pukul 09.00 Wita, darmawan dan ABK dievakuasi oleh kapal nelayan yang tengah melintas.
"Pagi itu dari kejauhan saya melihat kapal nelayan yang sedang memasang pukat di rompong. Kira-kira 400 mil. Saya kemudian mendayung untuk mendekatinya, nasib kapal nelayan yang bernama KM Buah Harapan saat itu belum meninggalkan lokasi dan akhirnya bisa kami diselamatkan," katanya.
Selain berharap kedua ABK yang masih hilang segera ditemukan, Darmawan juga meminta agar pemerintah memperhatikan nasib mereka. Menurutnya, kerugian materil kapal beserta muatannya ditaksir sekitar Rp700 juta lebih.
KLM Darmawan Jaya berlayar dari Pelabuhan Larea-rea Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan tujuan Waiwadan Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan muatan beras pada Minggu (23/1/2022) malam.
Kabar KLM tenggelam kemudian diketahui setelah salah satu awak kapalnya bernama Ardian Arlan diselamatkan oleh kapal perintis KM Pasifik Samudera Satu yang melintas menuju Pulau Bonerate pada Selasa (25/1/2022), Semantara Dua orang hingga saat ini masih belum di temukan. (Andi Rahmat/mii)
Load more