Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara - Harga kedelai yang kini terus mengalami kenaikan membuat produsen tahu tempe di Kabupaten Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara, menjerit. Mereka mengalami penurunan omset hingga terpaksa harus bertahan dengan harga jual murah agar tidak kehilangan pelanggan.
“Harga kedelai sekang Rp13 ribu, dulunya hanya Rp8 ribu per kilonya, itupun kami ambil dari Makassar,” ungkap Sugeng, produsen tahu tempe.
Sugeng menambahkan, dengan kenaikan harga kedelai yang mencapai 50 persen tersebut membuat dirinya hanya bisa pasrah akibat penurunan omset yang didapat perminggunya.
“Sudah mahal susah lagi pak. Kemarin banyak konsumen komplen karena pernah kami naikkan harga. Tapi sekarang mau tidak mau kami kembali dengan harga lama supaya pelangganku tidak lari,” curhatnya.
Dulunya Sugeng bisa mengolah 30 hingga 40 kilogram kedelai untuk dijadikan tempe dan 50 kilogram untuk tahu. Namun saat ini dirinya hanya dapat mengolah 25 kilo kedelai untuk tempe dan tiga puluh kilo untuk tahu. Kendati demikian, Sugeng enggan untuk menaikkan harga tahu tempenya karena takut kehilangan pelanggan.
“ Sekarang ini kami bertahan saja asalkan karyawan bisa mengerti dengan kondisi karena mau gaji karyawan saja sekarang sangat susah Pak,” bebernya.
Kini Sugeng hanya bisa berharap ada perhatian khusus dari pemerintah, karena apabila harga kedelai terus mahal dan langka, maka industri pembuatan tahu tempe miliknya terancam gulung tikar. ( Erdika Mukdir/Ask)
Load more