Toraja Utara, Sulawesi Selatan - Longsor di jalur Trans Sulawesi yang menghubungkan Kabupaten Toraja Utara dengan Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat, tepatnya di Lembang Benteng Ka’do, Kecamatan Kapalapitu, sejak beberapa bulan terakhir luput dari perhatian pemerintah, saat ini mengancam sejumlah rumah warga dan bangunan sekolah.
Jalan poros Pangala – Rantepao ini terbengkalai setelah sejak tahun 2021 lalu, setelah ditinggal begitu saja oleh pekerja proyek, padahal jalan provinsi yang dibiayai negara sebesar Rp58 miliar melalui Program Jalan Hibah Daerah (PJHD) yang bersumber dari Dana APBD Provinsi Sulawesi Selatan tersebut, rencananya akan menjadi jalur penunjang ekonomi warga jika IKN yang baru di Kalimantan rampung.
Sayangnya saat ini, jalan sepanjang kurang lebih 4 km tersebut saat ini kondisinya sangat memprihatinkan, sebab selain longsor yang hampir menutupi seluruh badan jalan, sejumlah rumah adat yang ada di perbukitan maupun bangunan sekolah yang ada tepat berada disamping bawah jalan kini terancam tertimbun tanah longsor.
Selain rumah adat dan sekolah, sejumlah rumah warga yang juga berada tidak jauh dari lokasi pekerjaan proyek yang tidak rampung, saat ini juga terancam tertimbun jika tanah dari ketinggian kurang lebih tiga puluh meter longsor, sehingga memaksa beberapa warga sejak beberapa bulan terakhir terpaksa mengungsi ke rumah kerabatnya.
Walau sudah mengancam keselamatan warga maupun pengguna jalan, kondisi jalan berlubang dan berlumpur dengan kondisi yang memprihatinkan dan menyisahkan badan jalan kurang lebih satu setengah meter, hingga saat ini tak tersentuh pemerintah. Padahal jalan ini juga merupakan akses ekonomi warga kesejumlah kecamatan di Toraja Utara.
“Longsor terjadi saat pekerjaan masih dilakukan pemborong namun tidak dibuang, sehingga tanah semakin turun dan menutupi badan jalan dan juga bisa kita lihat di atas ada rumah adat, di bawah ada sekolah dan pemukiman yang terancam tertimbun jika longsor terjadi," ucap Daniel Tandi, Warga Lembang Benteng Ka’do.
Selain itu Daniel Tandi juga menjelaskan jika longsor di beberapa titik ini tidak ditangani, bukan tidak mungkin akan membuat jalur Trans Sulawesi terputus dan bisa menimbulkan korban jiwa, sehingga warga berharap ada langkah konkrit yang dilakukan pemerintah kabupaten maupun provinsi untuk membersihkan material longsor yang menutupi badan jalan demi keselamatan warga.
Sementara Jufri Sambara anggota DPRD provinsi Sulawesi Selatan yang melihat langsung kondisi jalan yang longsor baik di Lembang Benteng Ka’do’ Mapun di Lembang Sikuku’ Kecamatan Kapalapitu, berharap pemerintah provinsi segera membenahi jalan tersebut, sebab selain mengancam fasilitas pemerintah juga sejumlah rumah warga saat ini terancam tertimbun longsor.
“Kami minta kepada pemerintah provinsi agar segera mengambil langkah, karena longsor yang menutup badan jalan saat ini juga mengancam pemukiman warga, kantor Lembang Sikuku’, Sekolah, dan beberapa rumah adat, jika tidak segera ditangani akan berdampak buruk," tegas Jufri Sambara yang turun langsung melihat kondisi jalan yang tertutup longsor.
Diketahui jalan poros Pangala – Rantepao yang ditinggal begitu saja dan menyisakan sejumlah kerusakan parah, dikerjakan oleh PT Alfindo Perkasa, namun hingga kontrak kerja selesai pekerjaan jalan Trans Sulawesi tersebut tidak rampung. (Joni Bane Tonapa/Ask)
Load more